Sukses

Ini Daftar Jalan Tol Fungsional pada Arus Mudik 2018

BPJT menyatakan, ruas tol fungsional yang akan dioperasikan menyambut arus mudik Lebaran 2018 akan memiliki kualitas lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama sejumlah kontraktor dan pemegang konsesi tengah mempercepat pembangunan beberapa ruas jalan tol. Percepatan ini dilakukan untuk menyambut penyelenggaraan arus mudik Lebaran 2018.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengungkapkan, sebelum mudik Lebaran 2018, ada beberapa jalan tol baru yang akan operasi dan ada juga yang baru dibuka fungsional.

"Yang belum selesai pengerjaannya kami tengah upayakan untuk bisa dibuka secara fungsional. Kami kejar supaya bisa dilalui dua arah," kata Herry di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Untuk jalan tol yang fungsional, di ruas Trans Jawa, setidaknya ada beberapa seksi yang akan dibuka di beberap ruas jalan tol.

Seksi tersebut tersebut adalah Seksi 1 Pemalang-Pekalongan sepanjang 17,3 km, Seksi 2 Pekalongan-Batang sepanjang 15,9 km, Batang-Ngaliyan sepanjang 75 km.

Untuk ruas Semarang-Solo, yang akan dibuka fungsional adalah seksi 4 Salatiga-Boyolali sepanjang 24,1 km dan seksi 5 Boyolali-Kartosuro sepanjang 8,41 km.

Pada ruas tol Ngawi-Kertosono yang akan dibuka fungsional yaitu seksi 4 Saradan-Kertosono sepanjang 37 km. Sedangkan terakhir adalah ruas tol Kertosono-Mojokerto yang akan dibuka fungsional adalah seksi 4 Bandar-Batas Barat sepanjang 0,9 km.

Herry mengklaim, ruas jalan tol fungsional yang akan dioperasikan menyambut arus mudik Lebaran 2018 ini akan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding ruas tol Batang-Pemalang tahun lalu.

"Jadi susah tahap pengerasan, beton bahkan ada yang sudah aspal, jadi lebih bagus dari tahun lalu," ujar dia.(Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hingga 2019 akan Ada Tambahan 1.800 KM Jalan Tol

Sebelumnya, Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menyatakan, hingga 2019 secara total akan ada tambahan 1.800 kilometer (km) jalan tol. Hal tersebut bisa tercapai jika pembangunan tol yang tengah digenjot pemerintah tidak terhambat oleh pembebasan lahan.

Jokowi mengungkapkan, sejak pembangunan Tol Jagorawi yang dimulai pada 1970-an, progres pembangunan jalan tol di Indonesia berjalan sangat lambat. Padahal, dulu negara-negara lain seperti Malaysia hingga China belajar membangun tol kepada Indonesia.

‎"Jalan tol, Malaysia, Vietnam, China waktu kita bikin Jagorawi, mereka nengok ke kita, kita sudah jadi walaupun cuma 60 km. Pembebasan, konstruksi, pengelolaan mereka lihat ke kita. Tapi sudah lebih dari 40 tahun sampai 2014, jalan tol kita hanya 780 km. Sedangkan China sudah punya 280 ribu km," ujar dia dalam Rakernas Kementerian ATR/BPN di Jakarta, Rabu 10 Januari 2018.

Ketika dilihat, lanjut Jokowi, ternyata yang membuat lambatnya pembangunan tol di Indonesia adalah pembebasan lahannya.

"Pasti ada masalah, yang banyak adalah pembebasan lahan yang sulit. Saya ke lapangan saya lihat detail, ketemu sekarang.‎ Saya kalau ada masalah sedikit, saya telepon Pak Menteri, di Balikpapan, Samarinda ada masalah tanah si A, tanah si B. Saya minta dua bulan rampung, padahal berapa tahun berhenti," lanjut dia.

Sekarang sejumlah tuas tol yang sebelumnya mangkrak, bisa dikerjakan bahkan sudah ada selesai dan dioperasikan.

"Batang-Semarang berapa tahun berhenti, jalan tol di tengah jalan berhenti. Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono sama juga. Tapi nyatanya sekarang rampung. Kalau kita niat, tanpa didasari kepentingan-kepentingan ya bisa rampung. Kita harapkan tol di Jawa dari ujung barat Merak sampai Banyuwangi, target kita 2019 maksimal kalau bisa saya masih minta maju, itu tersambung," jelas dia.

Dengan demikian, pada hingga 2019 akan ada tambahan 1.800 km tol. Ke depannya diharapkan pembangunan tol bisa berjalan cepat tanpa terhalang pembebasan lahan.

"Saat itu 2019 kita akan ada tambahan jalan tol 1.800 km. Rampung. Meski menurut saya 1.800 km dalam lima tahun itu juga kelamaan. Pembandingnya lagi-lagi ke China, setahun bisa 4.000 km sampai 5.000 km. Ya kita ini negara besar kalau kita enggak kejar dan ditinggal negara lain ya ditinggal betul. Itu yang sekarang ini kita kejar," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.