Sukses

Sri Mulyani: Siapa pun Bos Bank Sentral AS, Dunia Butuh Kepastian

Negara-negara berkembang sudah memahami arah kebijakan The Fed, yakni normalisasi balance sheet dan kenaikan suku bunga acuan.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memiliki harapan besar bagi Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve terpilih. Salah satunya memberi kepastian setiap arah kebijakan sehingga tidak menimbulkan sentimen negatif bagi negara lain.

"Kita berharap kebijakan dari Gubernur Bank Sentral yang baru bisa meneruskan kebijakan Janet Yellen. Tepat dan cepat dari setiap arah kebijakannya karena itu akan memengaruhi sentimen pelaku pasar global dan negara lain di luar AS," ujar Sri Mulyani di kantornya, Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Sri Mulyani mengaku, negara-negara berkembang sudah memahami arah kebijakan The Fed, yakni normalisasi balance sheet dan kenaikan suku bunga acuan. Namun, sambungnya, belum dapat dipastikan seberapa cepat kenaikan suku bunga.

"Siapa saja yang dipilih, kita berharap yang memiliki ketenangan dalam berkomunikasi. Jadi dalam berkomunikasi yang tenang, jelas, dan berbasis data sehingga pasar bisa memiliki prediksi jelas dan tidak berspekulasi," dia menjelaskan.

Siapa pun Gubernur The Fed yang terpilih, Sri Mulyani menegaskan, Indonesia akan tetap fokus memperkuat fondasi atau fundamental ekonomi sehingga tidak mudah terpengaruh secara signifikan dengan ketidakpastian global.

"Kita akan mengomunikasikan kebijakan kita secara baik, apakah di kebijakan fiskal, terutama dari sisi defisit pembiayaan, sektor moneter, dan kesiapan di sektor keuangan lainnya," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Fed Pertahankan Suku Bunga

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed)  mempertahankan suku bunga dari hasil pertemuan pada pekan ini.

Keputusan Bank sentral AS tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang solid dan penguatan pasar tenaga kerja. Langkah itu juga menunjukkan dampak "badai" yang berkurang. Oleh karena itu, kemungkinan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) naik pada Desember.

Investor memperkirakan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan pekan ini. Sebagian besar perhatian juga fokus pada siapa yang akan bertanggung jawab atas kebijakan moneter pada akhir masa jabatan Janet Yellen pada Februari 2018.

Presiden AS Donald Trump akan mengumumkan calonnya pada Kamis waktu setempat. Diperkirakan, gubernur the Fed Jerome Powell yang cenderung mendukung Yellen untuk menaikkan suku bunga.

"Pasar tenaga kerja terus menguat dan aktivitas ekonomi meningkat di tingkat yang solid meski ada gangguan terkait badai," ujar komite the Fed, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari laman Reuters, Kamis (2/11/2017).

Pembuat kebijakan the Fed mengakui inflasi masih rendah tapi tidak menurunkan target terhadap inflasi. Dengan suku bunga tetap tersebut, imbal hasil surat berharga AS cenderung stagnan. Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang, sedangkan indeks S&P 500 naik tipis.

"Ini menegaskan kenaikan suku bunga pada Desember. Jika kita mendapatkan konfirmasi Trump memilih Powell itu pertanda kebijakan moneter akan berlanjut pada jalurnya yang kita lihat sejauh ini dengan kenaikan bertahap," kata Gregory Daco, Kepala Ekonom Oxford Economics.

The Federal Reserve telah menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada 2017. Diperkirakan, kenaikan suku bunga 1-1,25 persen pada akhir 2017.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini