Sukses

Arab Saudi Kurangi Ekspor, Harga Minyak Melonjak 3 Persen

Penurunan harga minyak beberapa bulan terakhir membuat perusahaan pengeboran minyak di AS mengurangi kegiatan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik 3,3 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dan mencetak penutupan tertinggi dalam satu bulan. Harga minyak melonjak usai perusahaan minyak AS Anadarko mengumumkan akan mengurangi belanja modal dan Arab Saudi berjanji untuk menahan ekspor minyak mentah untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.

Mengutip Reuters, Rabu (26/7/2017), harga minyak Brent berjangka naik US$ 1,60 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 50,20 per barel, pertama kalinya patokan harga minyak dunia ini ditutup di atas US$ 50 sejak 6 Juni.

Sedangkan kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,55 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 47,89 per barel. Penutupan tertinggi untuk patokan tersebut Sejak awal Juni.

Manajer Investasi U.S. Bank kata Mark Watkins menjelaskan, penurunan harga minyak beberapa waktu ini membuat perusahaan-perusahaan pengeboran mengurangi kegiatan. "Perusahaan tidak mengebor secepat yang dilakukan pada awal 2017," jelas dia.

Langkah tersebut dilakukan karena memang dalam beberapa bulan terakhir harga minyak terus menerus berada di kisaran US$ 40 per barel. Harga tersebut tidak menguntungkan bagi para perusahaan pengeboran minyak.

Salah satu perusahaan pengeboran yang kinerjanya tertekan karena penurunan harga minyak adalah Anadarko Petroleum Corp. Pada Senin kemarin perusahaan tersebut mengumumkan kinerja semester pertama yang mengalami kerugian dan berencana untuk memotong anggaran modal pada 2017 sebesar US$ 300 juta. Anadarko menjadi produsen pertama di AS yang melakukan hal tersebut.

Selain itu, pendorong lain kenaikan harga minyak adalah hasil pertemuan organisasi negara pengekspor minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan beberapa negara non-OPEC di St Petersburg, Rusia.

Dalam pertemuan tersebut Menteri Eneri Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa negaranya akan membatasi ekspor minyak mentah menjadi 6,6 juta barel per hari pada bulan Agustus. Angka tersebut turun hampir 1 juta barel per hari dari tahun sebelumnya.

Dalam pertemuan tersebut Nigeria juga akhirnya setuju untuk bergabung dengan kesepakatan pengurangan produksi minyak dengan membatasi atau memotong hasil produksi minyak.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.