Sukses

Myanmar Tertarik Beli Kereta Bekas Milik KAI

Alasan KAI meremajakan karena gerbong-gerbong kereta sudah sangat tua, usianya mencapai lebih dari 30 tahun.

Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan mengganti 880 gerbong kereta miliknya dengan kereta baru buatan PT INKA (Persero). Sementara kereta lama akan dijual ke negara lain, seperti Myanmar yang sudah tertarik membeli kereta-kereta bekas tersebut.

"Kita rencananya mengganti semua, 880 gerbong kereta sebagai upaya meremajakan armada. Kita akan beli (kereta) baru dari INKA," kata Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (31/5/2017).

Ia mengatakan alasan peremajaan karena gerbong-gerbong kereta tersebut sudah sangat tua, usianya mencapai lebih dari 30 tahun. Meski sudah bisa dibilang uzur, tapi Edi memastikan armada keretanya sangat aman untuk mengantar penumpang hilir mudik dalam jarak dekat maupun jauh.

"Kita ingin perbaharui karena 880 gerbong kereta itu usianya sudah 30 tahun ke atas, walaupun masih aman ya. Kereta kan yang terpenting keamanannya, cuma karena usianya sudah 30 tahun, bahkan ada yang 50 tahun, jadi sudah selayaknya diremajakan," Edi menjelaskan.  

Bagaimana dengan kereta yang lama?

Menurut Edi ada dua kemungkinan. Pertama, dihapuskan dan kedua dijual ke negara lain yang masih membutuhkan kereta tua tapi masih layak beroperasi dengan harga murah.

Myanmar sudah menyatakan ketertarikan untuk membeli kereta-kereta bekas milik KAI.

"Kemarin sudah penjajakan ke Myanmar. Mereka tertarik, tapi secara teknis, mereka perlu mendetail apakah bisa kereta itu bisa beroperasi di Myanmar karena kan semua harus diperiksa, seperti lebar kereta, dan lainnya. Ini masih penjajakan," papar dia.

Diakui Edi, Myanmar tertarik memboyong kereta bekas KA karena membutuhkan kereta tersebut. Negara itu, hanya memiliki kereta api dengan kecepatan 20 kilometer (km) sampai 30 km per jam. Sedangkan kereta yang dimiliki KAI, berkecepatan maksimum 110 km per jam.

"Mereka punya kereta kecepatannya 20 km-30 km per jam. Sedangkan kecepatan kereta kita, maksimum bisa 110 km per jam. Usia 30 tahun pun masih bisa dipakai 110 km per jam sampai sekarang," dia menjelaskan.

Ketika ditanyakan mengenai harga jual kereta bekas KAI ke Myanmar, Edi belum mengetahui persisnya, termasuk jumlah yang dipesan. "Belum, kan ini masih penjajakan. Ada hal-hal yang mungkin perlu dibahas antar mereka. Dan mereka membayarnya tidak dengan uang cash," tutur dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.