Sukses

Rencana AS Larang Bawa Laptop dari Eropa Berdampak ke Pariwisata

Pemerintah AS sedang mempertimbangkan larangan penumpang bawa barang elektronik besar ke kabin dari Eropa.

Liputan6.com, London - Larangan perangkat elektronik antara lain laptop dan tablet di bagasi kabin pesawat dari Eropa ke Amerika Serikat (AS) akan menjadi masalah besar.

Mengingat jumlah penerbangan dari Eropa ke AS lebih dari 350 per hari menjadikannya koridor lalu lintas internasional tersibuk di dunia.

Mencegah penumpang membawa barang elektronik besar ke dalam kabin, menjadi rencana yang dipertimbangkan pemerintah AS. Ini dapat mengganggu industri penerbangan global dan pariwisata AS.

Rincian potensi ekspansi larangan perangkat elektronik di kabin dalam pemerintahan Donald Trump itu belum jelas. Namun industri penerbangan dan pariwisata sedang mempersiapkan yang terburuk.

Kepala Penerbangan Global KPMG James Stamp menuturkan, perjalanan bisnis dan pariwisata mewah mendapatkan pukulan dari larangan laptop kecuali maskapai dapat menemukan solusi.

"Pasar Atlantik Utara sangat kompetitif tapi juga sangat menguntungkan karena ada hubungan antara pusat keuangan utama Eropa dan New York," ujar dia, seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (15/5/2017).

AS telah melarang perangkat elektronik lebih besar dari  ponsel pintar masuk ke kabin sejak Maret 2017 terutama dari 10 bandara di Timur Tengah dan Afrika.

Kekhawatiran maskapai terhadap peraturan itu dapat membuat pemesanan merosot. Emirates pun terkena dampak langsung dari larangan tersebut. Pihaknya mengurangi penerbangan ke AS karena melemah-nya permintaan.

Efek-nya maskapai Emirates mencatatkan penurunan laba. Tercatat laba perseroan turun 82 persen menjadi 1,3 miliar dirham atau sekitar US$ 354 juta hingga 31 Maret 2017. Ini untuk pertama kalinya pada tahun fiskal sejak 2011-2012, perseroan catatkan penurunan laba. Maskapai penerbangan dunia pun melaporkan kinerja tertekan lantaran permintaan bergejolak dan kompetisi ketat.

Dengan larangan perangkat elektronik dari penerbangan Eropa maka secara tidak proporsional akan pengaruhi maskapai AS.
CEO perusahaan perjalanan ForwardKeys Olivier Jager menuturkan, kalau maskapai Delta Air Lines, United Airlines, dan American Airlines paling banyak kehilangan akibat aturan itu. Ditambah juga British Airways.

Gabungan empat maskapai itu menyumbang hampir 60 persen dari semua penerbangan tanpa henti dari Eropa ke AS.
Menurut riset Euromonitor, AS telah kedatangan sekitar 14,5 juta pelancong dari Eropa per tahun. Mereka menghabiskan waktu cukup banyak untuk berwisata. Sebagian besar pelancong dari Eropa menghabiskan dana US$ 3.000-US$ 4.000 setiap kunjungan.

Wisatawan dari Kanada dan Meksiko juga besar tetapi hanya habiskan uang US$ 1.000 atau kurang setiap kunjungan. Sedangkan pengunjung dari Inggris, Jerman dan Prancis menghabiskan US$ 31 miliar setiap tahun untuk pariwisata dan tiket pesawat ke AS.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah meminta Trump untuk menemukan alternatif dengan memperingatkan perluasan larangan perangkat elektronik ke Eropa akan salah arah.

"Respons Kanada, Uni Eropa, dan Australia terhadap keamanan yang sama menunjukkan pelarangan elektronik besar di dalam kabin bukan satu-satunya jalan. Memang kami percaya itu tidak berkelanjutan dalam jangka panjang," ujar CEO IATA Alexandre de Junica.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.