Sukses

Negara OPEC Kukuh Batasi Output Angkat Harga Minyak

Arab Saudi, Kuwait dan sekutunya tetap akan membatasi produksi minyak bahkan jika Iran tidak mengikuti.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melonjak dipicu kabar dari pejabat OPEC bahwa Arab Saudi dan negara eksportir terkemuka lainnya tetap akan membatasi output mereka, meski jika Iran menolak ikut bekerjasama.

Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (17/3/2016), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman April ditutup naik US$ 2,12 atau 5,8 persen menjadi US$ 38,46 per barel di New York Mercantile Exchange. Itu adalah persentase kenaikan terbesar dalam satu hari sejak 22 Februari.

Kenaikan tetap terjadi, dengan pasar mengabaikan data kenaikan stok yang agak mengecewakan.  Saat ini harga minyak naik sekitar 47 persen, karena spekulan lebih optimis bahwa penurunan harga yang terjadi hampir dua tahun akhirnya memaksa produsen besar untuk memperlambat produksinya.


Arab Saudi, Kuwait dan sekutunya tetap akan membatasi produksi minyak bahkan jika Iran tidak mengikuti, menurut keterangan pejabat OPEC. Qatar akan menjadi tuan rumah pertemuan para produsen minyak baik di dalam dan di luar Organisasi Negara Pengekspor Minyak pada 17 April mendatang.

Minyak mentah telah menguat sejak 11 Februari ketika seorang pejabat dari salah satu sekutu utama Arab Saudi, Uni Emirat Arab, mengatakan negara-negara produsen siap untuk mulai bekerja sama. Dalam minggu-minggu berikutnya, Rusia ikut bergabung dengan kesepakatan awal untuk membekukan output.

Rusia dan OPEC memiliki riwayat gagal menindaklanjuti janji mereka untuk memotong produksi. Tapi kejatuhan harga yang terjadi sejauh ini membuat pedagang bertaruh jika produsen akan mencari alasan untuk menghentikan ini dan harga akan naik kembali, menurut para broker dan analis.

"Orang-orang merasa nyaman bahwa dengan hal ini sebelumnya namun sekarang mereka akan mencari alasan (harga minyak) mungkin bangkit kembali," ujar Peter Donovan, Broker Likuiditas Energi di New York.

Arab Saudi dan sekutunya di Timur Tengah mengatakan akan menunda membuat kesepakatan jika Iran menolak untuk berpartisipasi. Tetapi harga minyak yang rendah hingga US$ 26,21 per barel tahun ini telah melukai ekonomi Saudi dan memberikan tekanan politik dalam negeri di kerajaan itu untuk bergerak maju, kata para pejabat OPEC.

Sementara itu, produksi minyak AS tercatat turun lagi, menurut data pemerintah yang dirilis. Ini menurun menjadi 9,07 juta barel per hari dalam pekan yang berakhir Jumat, turun dari 9,08 juta barel pada minggu sebelumnya.

"Kita mungkin melihat beberapa kekuatan harga yang berasal dari kemungkinan penurunan produksi AS," tulis Daniel Ang, analis investasi Phillip Futures. (Nrm/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini