Sukses

Menperin: SDM Indonesia Siap Hadapi MEA

Kementerian Perindustrian telah menyusun target program pengembangan SDM industri.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan, jelang berlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai akhir tahun ini, selain terus berupaya meningkatkan daya saing industri nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga melakukan berbagai langkah strategis untuk menyiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang terampil sesuai kebutuhan industri saat ini.

"Pemberlakuan MEA 2015 akan menjadi tantangan bagi Indonesia, mengingat jumlah penduduk yang sangat besar sehingga menjadi tujuan pasar bagi produk-produk negara ASEAN lainnya," ujarnya dalam keterangana tertulis di Jakarta, Jumat (23/10/2015).

Dia menjelaskan, pihaknya telah menyusun target program pengembangan SDM industri pada tahun ini, yaitu pertama, tersedianya tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten sebanyak 21.880 orang. Kedua, tersedianya SKKNI bidang industri sebanyak 30 buah.

Ketiga, tersedianya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) bidang industri sebanyak 20 unit. Keempat, meningkatnya pendidikan dan skill calon asesor dan asesor kompetensi dan lisensi sebanyak 400 orang. Dan kelima, pendirian 3 akademi komunitas di kawasan industri.

"Industri tekstil dan produk teksktil (TPT) merupakan salah satu sektor yang telah merasakan manfaaat dari pelaksanaan program Kemenperin dalam upaya peningkatan kompetensi SDM industri melalui pelatihan operator mesin garmen dengan konsep three in one, yaitu pendidikan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja," kata dia.

Menurut Saleh, seiring dengan meningkatnya kinerja industri TPT, terjadi pula peningkatan kebutuhan tenaga kerja di sektor padat karya tersebut. Tidak saja pada tingkat operator tetapi juga untuk tingkat ahli D1, D2, D3, dan D4.

Hal ini tercermin dari data permintaan tenaga kerja tingkat ahli ke Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Kementerian Perindustrian yang setiap tahun mencapai 500 orang, sementara STTT Bandung hanya mampu meluluskan 300 orang per tahun.

Untuk memenuhi sebagian permintaan atas tenaga kerja tingkat ahli bidang TPT, maka sejak 2012 Kemenperinan menyelenggarakan program pendidikan Diploma 1 dan Diploma 2 bidang tekstil di Surabaya dan Semarang, bekerjasama dengan STTT Bandung, PT APAC Inti Corpora dan Asosiasi serta perusahaan industri tekstil di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Selain itu, pada tahun ini Pusdiklat Industri Kemenperin bekerjasama dengan Asosiasi Tekstil dan Pemerintah daerah Kota Solo juga akan membuka Akademi Komunitas Industri TPT untuk program Diploma 1 dan Diploma 2 di Solo Techno Park. Para lulusan program pendidikan Diploma 1 dan 2 tersebut seluruhnya ditempatkan bekerja pada perusahaan industri.

Oleh karena itu, Saleh menyatakan dukungannya terhadap program diklat operator mesin Industri garmen berbasis three in one, serta mengapresiasi program-program pendidikan vokasi berbasis kompetensi untuk menyiapkan tenaga kerja ahli bidang industri TPT mulai tingkat Ahli Pertama (D1) sampai dengan tingkat Ahli (D4), baik yang telah berjalan maupun yang akan dikembangkan.

"Diharapkan, pendidikan vokasi industri dan Diklat Industri berbasis kompetensi mampu menyiapkan tenaga kerja industri yang kompeten, khususnya dalam menghadapai ASEAN Economic Community yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015," kata dia.

Sementara itu, untuk sektor industri kecil dan menengah (IKM), Kemenperin fokus melaksanakan Program Penumbuhan dan Pengembangan Kewirausahaan.

Program ini untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha baru serta meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM IKM agar tumbuh menjadi wirausaha yang tangguh, bertanggung jawab dan mampu bersaing di pasar global. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.