Sukses

Kemarau Panjang, Harga Beras Naik Rp 500 per Kg

Beras medium asal Karawang saat ini diharga Rp 8.500 per kg dari sebelumnya Rp 8.000 per kg.

Liputan6.com, Jakarta - Musim kemarau berkepanjangan atau El Nino masih menghantui Indonesia. Bukan saja mengancam pasokan beras, tapi juga harga beras di pasar tradisional. Saat ini, harga beras di pasar terpantau mengalami kenaikan rata-rata Rp 500 per kilogram (Kg).

Demikian diakui Rahmat (35), salah seorang pedagang beras di Pasar Kemiri, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Dia mengatakan, harga beras jenis medium atau IR64 yang naik, diantaranya varian Ramos dari Rp 8.500 menjadi Rp 9.000 per kilo, dan ada pula Ramos yang dijual seharga Rp 10.000 dari sebelumnya Rp 9.500 per kg.

Rahmat menyebutkan, beras medium asal Karawang diharga Rp 8.500 per kg dari sebelumnya Rp 8.000 per kg , beras medium Demak dari Rp 7.500 per kg dijual Rp 8.000 per kg dan asal Serang dengan kualitas lebih rendah dibanderol Rp 7.500 per kg dari harga sebelumnya Rp 7.000 per kg.

"Naiknya rata-rata Rp 500 per kg. Itu saja saya langsung mengambil beras dari Karawang langsung. Jika dibeli dari pasar induk, pasti lebih mahal lagi. Kenaikannya harga beras sudah terjadi setelah Lebaran sampai sekarang," terang dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis (1/10/2015).

Rahmat (35), pedagang beras di Pasar Kemiri, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. (Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Rahmat beralasan, kenaikan harga beras murni dipicu musim kemarau yang berkepanjangan, bukan dari penimbunan atau praktik kotor di bisnis beras. Akibat kemarau ini, sambungnya, harga gabah di tingkat petani sudah mengalami peningkatan.

"Harga gabah mulai naik karena musim kemarau. Tapi tidak apalah naik Rp 500 saja per kg, biar petani kita senang. Konsumen juga tidak terlalu menghiraukan, paling yang terasa kalau mereka beli karungan misal beras Ramos 10 kg dihargai Rp 120 ribu dari sebelumnya Rp 105 ribu," jelas dia.

Kendati mengalami kenaikan harga, diakui Rahmat, penjualan tak pernah surut. Sebab dia berani mengklaim bahwa harga berasnya termasuk yang termurah karena diboyong langsung dari sentra produksi beras di Karawang.

"Tidak pengaruh daya beli masyarakat yang turun, penjualan beras stabil, malah kadang tinggi di akhir pekan. Beras kami murah, ‎karena langsung diambil dari Karawang. Dalam sehari bisa mengantongi omzet Rp 20 juta-Rp 30 juta, bahkan sampai Rp 50 juta kalau hari Minggu," tutup Rahmat mengakhiri perbincangan. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini