Sukses

Untung Rugi Asing Masuk ke Bisnis Bandara di RI

Perusahaan domestik membutuhkan investasi cepat untuk mengembangkan bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah membuka lebar pintu bagi investor asing untuk masuk ke sektor jasa bandara  meski modal masih dibatasi maksimal 49%. Lalu apa keuntungan dan kerugiannya jika ada campur tangan asing di bisnis ini?

Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), Tommy Soetomo mengungkapkan, keuntungan dengan masuknya investor asing selain aman dari segi pendanaan, asing juga dapat mentransfer pengetahuan dan teknologi canggih untuk bandara-bandara Indonesia.

"Pastinya transfer knowledge dan teknologi canggih yang dibutuhkan untuk bandara, kan kita ketinggalan banget. Contohnya di Terminal Internasional Bandara Ngurah Rai Bali, itu sudah maju sekali sama dengan kelas dunia," terang dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (9/5/2014).  

AP I telah menggandeng perusahaan asing, GVK Group asal India sebagai manajemen konsultan di Bandara Ngurah Rai, Bali. Kata Tommy, investor asing dapat terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan bandara menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Namun porsi saham mayoritas tetap dipegang oleh pemain lokal.  

"Jadi tidak selamanya pula dimiliki asing, perlu ada jangka waktu kerjasama dan dikembalikan lagi ke pemerintah. Biasanya ada kontrak 30 tahun dan bisa diperpanjang 20 tahun," ucapnya.

Sementara kerugian, Tommy mengaku akan banyak anggapan miring dari masuknya asing ke sektor jasa bandara udara.

"Seringkali akan memandang asing seperti itu, memangnya kita nggak bisa danai proyek sendiri. Tapi faktanya kita nggak bisa karena APBN kita terbatas," tegasnya.

Dia menyebut, dalam kurun waktu tiga tahun, perseroan merogoh investasi hingga Rp 7 triliun-Rp 8 triliun untuk membangun dan mengembangkan beberapa bandara. Contohnya bandara Kualanamu seluas 1.300 hektare (ha).

"Kami butuh investasi cepat, karena zaman sekarang pengembangan bandara harus menjadi airport city. Tidak hanya berdiri sendiri, tapi juga terintegrasi dengan hunian industri, pergudangan dan lainnya seperti bandara di Korea Selatan dan Amsterdam, Belanda," tandas Tommy. (Fiki Ariyanti/Agustina Melani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.