Sukses

Rafinasi Merembes ke Pasar, Gula Petani Menumpuk di Gudang

Masuknya gula mentah impor sebagai bahan baku gula rafinasi di sebagian daerah menutup pasar gula antar daerah dari Jawa Timur.

Liputan6.com, Surabaya Masuknya gula mentah impor sebagai bahan baku gula rafinasi di sebagian daerah menutup pasar gula antar daerah dari Jawa Timur.

Surplus panen gula yang sebelumnya diserap habis beberapa daerah di luar Jawa sekarang menumpuk di gudang.

Rata-rata produksi gula Jatim mencapai 1.250.000 ton. Dari total produksi tersebut, hanya 450.000 ton yang dikonsumsi di Jatim.

"Artinya masih ada surplus 800.000 ton di Jatim. Mau dikeluarkan ke mana? .Pasar dari Jatim biasanya ke luar Jawa tapi sekarang sudah dipenuhi gula rafinasi yang tidak sesuai peruntukan," kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil, Selasa (8/4/2014).

Bahkan rembesan gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk industri makanan dan minuman tersebut juga sudah masuk ke pasar dan bisa dibeli langsung oleh konsumen rumah tangga. Akibatnya, gula petani dari Jatim menumpuk di gudang.

Saat gudang masih penuh dengan gula produksi tahun lalu, beberapa bulan ke depan pabrik gula di Jatim sudah akan memulai masa giling. "Produksi mau ditaruh di mana? Gudang-gudang sudah penuh," ujar Arum.

Karena disimpan terlalu lama di gudang, dikhawatirkan kondisi gula akan menurun. Penyimpanannya harus benar-benar dijaga agak tidak terkena matahari langsung, terhindar hujan dan udara lembab.

Meskipun sedang sulit, Ia yakin petani tebu di Jatim masih memiliki harapan. "Selama menguntungkan, petani tetap akan terus berminat," ujarnya. Hingga saat ini masih terdapat 200.000 ha luas areal tanam tebu di Jatim.

Bagaimana menjaga minat petani? Menurutnya adalah dengan meningkatkan rendemen hingga menyentuh 12%. Dengan rendemen tinggi, biaya produksi akan lebih murah sehingga bisa bersaing dengan gula impor.

Dengan rendemen saat ini yang masih berkisar di bawah 7%, biaya produksi gula petani bisa mencapai Rp 11.000 per kilogram (kg).

Padahal di pasar, gula hanya dihargai sekitar Rp 8.000 - Rp 9.000 per kg. Sedangkan gula impor yang sudah bebas bea masuk hanya dijual dengan harga Rp 6.500 per kg.

Jika target rendemen 12% tercapai dan ditunjang produktivitas per hektar yang juga tinggi maka biaya produksi gula hanya berkisar Rp 6.400 per kg.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini