Putra Mahkota Pangeran Philippe Resmi Jadi Raja Belgia

Putra Mahkota Pangeran Philippe resmi menjadi Raja Belgia, terhitung Minggu (21/7/2013) waktu setempat setelah dirinya disumpah.

oleh Tan diperbarui 22 Jul 2013, 00:07 WIB
Putra Mahkota Pangeran Philippe resmi menjadi Raja Belgia, terhitung Minggu (21/7/2013) waktu setempat setelah dirinya disumpah. Philippe akan menggantikan tahta sang ayah, Raja Albert II yang telah memimpin Belgia selama 20 tahun.

"Saya memulai pemerintahan saya dengan kesediaan untuk menempatkan diri melayani semua rakyat Belgia. Untuk melakukan ini, saya akan bekerja secara harmonis dengan pemerintah, sesuai dengan konstitusi," kata Philippe Seperti dimuat dalam Euro News.

Sebelumnya pada acara pengambilan sumpah itu, Raja Albert II terlihat emosional ketika upacara pelepasan tahta yang akan diteruskan oleh putranya.

Albert mengatakan, dalam pidato terakhirnya bahwa para bangsawan dan pemerintah harus bekerja untuk menjaga Belgia bersama-sama.

Phillippe yang berusia 53 tahun menjadi raja ketujuh di negara kerajaan berusia 183 tahun yang terbagi menjadi wilayah pro-kemerdekaan yang berbahasa Belanda di bagian utara serta kelompok loyalis pro-kerajaan di bagian selatan yang berbahasa Prancis.

Philippe merupakan putra tertua Albert. Dia menikah dengan Ratu Mathilda dan memiliki anak Putri Elisabeth, yang merupakan calon penerus tahta berikutnya.
    
Raja Philippe merupakan lulusan Akademi Militer Belgia dan terakhir berpangkat Laksamana di kesatuan marinir Kerajaan Belgia. Dia juga dikenal aktif dalam mempromosikan perdagangan Belgia ke negara-negara mitra, termasuk kunjungannya ke Indonesia pada November 2008 lalu.

Albert sendiri memerintah Belgia sejak 9 agustus 1993, setelah kakaknya, Baudouin meninggal dunia dalam usia 62 tahun. Dia adalah sepupu jauh Ratu Inggris saat ini, Elizabeth II.

Raja Albert memutuskan untuk mengakhiri kekuasaannya selama 20 tahun terakhir karena faktor usia dan kesehatan yang tidak lagi memadai untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Albert terkenal aktif dalam berbagai perannya di Belgia maupun internasional, termasuk ketika menengahi masalah 541 hari tanpa pemerintahan di Belgia pada 2010-2011 lalu yang dipicu oleh perpecahan mendalam antara politisi dari wilayah yang memiliki bahasa yang berbeda.  (Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya