Viral Video Guru Honorer Tunjukkan Gaji Pertama Rp150 Ribu per Bulan, Warga: Nyesek Gak Sih?

Seorang guru honorer mengunggah video membuka amplop untuk menunjukkan besaran gaji pertama yang diterimanya. Konten itu mengejutkan banyak warganet.

oleh Rusmia Nely diperbarui 05 Apr 2024, 03:02 WIB
Tangkapan layar video TikTok dari akun @whoami1199 yang memperlihatkan gaji guru honorer Rp150 ribu untuk satu bulan kerja. (dok. TikTok @whoami1199/https://www.tiktok.com/@whoami1199/video/7351693582597672197/Rusmia Nely)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diunggah pemilik akun TikTok @whoami1199 menunjukkan seorang perempuan membuka amplop berisikan gaji pertama sebagai guru honorer. Perempuan berkerudung hitam tersebut mengeluarkan uang berjumlah Rp150 ribu dari dalam amplop putih.

Ia menjelaskan bahwa itu adalah gajinya selama satu bulan mengajar. Dalam video berdurasi satu menit tersebut, Dina juga menjelaskan soal sistem gaji yang diberitahukan kepadanya.

"Jadi, jam kerjaku itu lima jam pelajaran per hari dan tiap jamnya itu Rp30 ribu. Jadi kalau misalkan dikalikan Rp30 ribu, kali lima, berarti Rp150 ribu per minggu. Satu bulan ada empat minggu berarti Rp600 ribu," jelasnya dalam video tersebut sebelum membuka amplop gaji tersebut.

Namun, amplop hanya berisi satu lembar uang Rp100 ribu dan satu lembar uang Rp50 ribu. "Aku benar-benar shock banget ya. Kirain itu dihitungnya per akumulasi kan ya," sebutnya dalam video sambil tertawa miris.

Video yang diunggah pada Sabtu, 20 Maret 2024 itu viral dan banyak warganet kaget karenanya. Mereka pun bersimpati atas minimnya penghargaan untuk jasa guru honorer.

"Baru tau gaji guru setelah jadi guru 🤣🤣🤣🤣 kagett bjirrr 🤭 kek hahhhh gajinya segini 🤣🤣🤭," kata salah satu komentator, membagikan pengalamannya.

"Nyesek gak sih jadi guru honorer," sebut yang lain, bersimpati.

Kepada Tim Lifestyle Liputan6.com, Dina (28) yang mengajar di beberapa sekolah swasta di Kota Malang itu mengatakan bahwa ternyata sekolah menerapkan besaran maksimal gaji guru honorer hanya Rp150 ribu. Artinya, lima jam pelajaran tersebut dihitung untuk satu bulan, bukan per minggu.

"Sempat komplain juga, terus salah satu pihak di sekolah bilang 'tidak seperti itu cara hitungnya' ternyata memang jam ajarnya tidak diakumulasi selama satu bulan," kata Dina, Rabu, 3 April 2024.

2 dari 4 halaman

Bikin Video untuk Protes Sistem Gaji Guru

Momen haru guru honorer yang dipecat karena bongkar aksi pungli di sekolah bisa kembali mengajar. (dok. tangkapan layar TikTok @bimaarya.activity/https://www.tiktok.com/@bimaarya.activity/video/7278262389877804294)

 

 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Dina mengaku sampai harus mengajar di tiga sekolah berbeda sambil membuka usaha bimbingan belajar dari rumah. "Saya sendiri sih agak berat ya kalau cuma ngajar, jadi sambil buka usaha sampingan bimbel juga di rumah," tambahnya.

Dina menyatakan bahwa video yang ia buat bukan sekadar untuk mengisi waktu. Ia ingin menyuarakan isu penting ke khalayak umum. "Aku buat video nggak karena gabut juga sih, tapi memang ingin menyuarakan suara para guru honorer," sebutnya.

Dina yang baru bekerja sebagai guru sekitar tiga bulan ini mengatakan banyak teman-teman guru honorer lain yang mengeluhkan hal yang sama. Lewat video TikTok tersebut, Dina berusaha untuk mengangkat isu ini sebagai bentuk protesnya atas ketidaksejahteraan guru di Indonesia.

"Kita yang mendidik anak orang, anak-anak Indonesia tapi kok (gaji) hanya segitu," katanya, miris melihat realita pendidikan di Indonesia.

Ketika ditanya apakah ia tidak takut dengan ancaman serta intimidasi dari pihak sekolah, Dina mengatakan,"ya aku bilang aja kalau yang aku perangi itu pemerintah, bukan sekolahnya."

 

3 dari 4 halaman

Tidak Tega Tinggalkan Anak Didik

Foto : Eki Adsen, guru honorer di Kabupaten Manggarai Timur, NTT saat melakukan bimbingan belajar kepada siswanya di rumah (Liputan6.com/Ola Keda)

Ia mengaku sempat mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan sampingan lainnya, tapi hatinya berat bila harus meninggalkan profesinya sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut. "Aku pribadi karena passionku jadi guru jadi belum kepikiran bakal berhenti," jawabnya.

Ia juga menyebutkan bahwa kebanyakan anak didiknya berasal dari keluarga menengah ke bawah yang membuatnya tak tega jika harus meninggalkan pekerjaannya sebagai pengajar. Di sisi lain, Dina yang sebelumnya pernah bekerja di luar negeri juga menyatakan bahwa ia sudah diwanti-wanti soal realita gaji guru honorer yang rendah.

Perempuan 28 tahun tersebut berharap pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristekdikti), bisa lebih fokus memeratakan pendidikan dan kesejahteraan guru. "Aku merasa selama ini kok seperti kesejahteraan guru itu dikesampingkan," sebutnya. 

Dina mengaku berupaya menjadi guru ASN, tapi proses pengangkatannya tidak mudah. Untuk bisa mencapai tahap itu, ia dan guru-guru honorer muda lainnya harus melewati Program Pendidikan Guru Profesi (PPG) dan Tes Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang memerlukan banyak waktu dan biaya. 

4 dari 4 halaman

Pemerintah Mau Angkat 1,7 Juta Honorer Jadi ASN, Perkumpulan Guru Wanti-Wanti Ini

Mendikbud Nadiem Makarim (kiri) saat rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/11/2020). Rapat membahas evaluasi program belajar dari rumah terkait subsidi kuota internet serta isu-isu kesiapan rekrutmen guru honorer tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, Kamis (04/04/2024), pemerintah berencana untuk mengangkat sebanyak 1,7 juta tenaga honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) tahun ini. Namun, upaya pengangkatan honorer jadi ASN ini menghadari sebuah tantangan. Terutama soal nasib dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) usai diangkat.

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengungkapkan, rencana mengangkat honorer jadi ASN bukan kali ini saja, tetapi pernah juga terjadi pada 2021. Satriwan mengatakan, hingga Januari 2024, baru ada sekitar 700 ribu orang yang diangkat.

"Nah sampai 2024 ini masih ada sekitar 62 ribu lagi yang mereka belum mendapatkan formasi. Jadi mereka sudah ikut tes dan sudah dinyatakan lolos, dalam serangkaian tes, tetapi mereka tak kunjung mendapatkan penempatan atau formasi di daerah masing-masing oleh pemda," ujar Satriwan kepada Liputan6.com.

Atas hal tersebut, dia enggan kejadian serupa kembali terjadi pada pengangkatan honorer menjadi ASN tahun ini. Dia berharap pemerintah benar-benar memperhatikan aspek kesejahteraan para guru PPPK yang masih terombang-ambing nasibnya.

Infografis Usulan Gaji Guru Honorer Setara UMR. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya