Jelang Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Perkasa di Kisaran 15.660 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat 104 point dalam perdagangan akhir pekan terhadap dolar AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Feb 2024, 17:15 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah ditutup menguat 104 point dalam perdagangan akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat menguat 110 point dilevel 15.660 dari penutupan sebelumnya nilai tukar rupiah di level 15.764.

“Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.610 - 15.700,” demikian prediksi Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Jumat (2/2/2024).

Dolar AS Melemah

Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melemah memasuki akhir pekan pada Jumat, 2 Februari 1024.

USD Melemah setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap stabil dan menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga untuk bulan Maret. 2024.

Namun Ketua Fed Jerome Powell memberikan catatan yang agak optimis terhadap perekonomian AS, yang mendorong investor untuk beralih ke aset-aset yang berbasis risiko meskipun ada prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

“Pasar menantikan penurunan suku bunga pada bulan Mei seiring pendekatan nonfarm payrolls, setelah The Fed meremehkan perkiraan penurunan suku bunga di bulan Maret, para pedagang mulai memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Mei,” ungkap 

Perkiraan pada pedagang kini seputar peluang penurunan suku bunga di bulan Mei lebih dari 60 psrsen, dan analis juga memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya empat kali lagi setelah bulan Mei, menurut alat CME Fedwatch “Meskipun skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko, The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada tahun 2024,” kata Ibrahim.

Bank sentral menegaskan kembali bahwa rencana mereka untuk menurunkan suku bunga sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi, yang sejauh ini masih melekat.

Data nonfarm payrolls diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai pasar tenaga kerja.

Pernyataan The Fed juga menyebutkan, melemahnya pasar tenaga kerja AS sebagai salah satu faktor utama yang mendorong penurunan suku bunga.

 

2 dari 2 halaman

Ekonomi Indonesia Terbaik di Dunia

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

 

Bank Indonesia pada Rabu (1/2) menyatakan bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023 lalu, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen.

Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61 persen atau salah satu yang terendah di dunia. Ibrahim mengatakan, pencapaian tersebut merupakan prestasi yang membanggakan jika melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi negara-negara maju yang mengalami tekanan.

Misal ekonomi AS yang hanya mencapai 3 persen pada tahun lalu, China tahun lalu 5 persen, tahun ini 4,6 persen. Prediksi BI menunjukanC gelombang ekonomi global pada 2024 dan 2025 akan lebih rendah dari 2023 atau 2022.

Salah satu faktor yang dapat mendorong dinamika ekonomi global tahun ini adah kontestasi pemilihan umum (pemilu) yang akan dilangsungkan di 54 negara pada 2024. Selain itu, BI juga optimis Fed Fund Rate akan mulai mengalami penurunan sebesar 75 basis poin pada semester kedua 2024.

Begitu pun dengan melemahnya dolar AS yang juga akan mulai terjadi saat memasuki semester kedua 2024. Menurut Ibrahim, untuk menjaga tren positif maka pemerintah memiliki lima sinergi kebijakan ekonomi nasional.

“Hal ini meliputi kebijakan fiskal moneter, kebijakan SSK dan akselerasi transformasi sektor keuangan, akselerasi digitalisasi ekonomi keuangan nasional, hilirisasi minerba dan nonminerba, serta kebijakan perdagangan investasi dan infrastruktur,” bebernya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya