Jelang Pertemuan dengan Pihak AS, China Tingkatkan Tekanan Militer ke Taiwan

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, Sabtu (27/1), China mengerahkan lebih dari 30 pesawat tempur dan sejumlah kapal angkatan laut menuju Taiwan.

oleh Tim Global diperbarui 28 Jan 2024, 21:00 WIB
Kendaraan militer melintas membawa senjata canggih saat parade HUT ke-70 RRC di Beijing, China, Selasa (1/10/2019). Persenjataan yang dipamerkan dalam HUT ke-70 RRC ini termasuk rudal bersenjata nuklir yang bisa mencapai AS dalam 30 menit. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, Sabtu (27/1), China mengerahkan lebih dari 30 pesawat tempur dan sejumlah kapal angkatan laut menuju Taiwan.

Tekanan militer ini muncul setelah adanya pengumuman bahwa para diplomat senior Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan akan bertemu di ibu kota Thailand ketika kedua negara itu berupaya meredakan ketegangan, dikutip dari Channel News Asia, Minggu (28/1/2024).

Tentara Pembebasan Rakyat China mengirim 33 pesawat, termasuk pesawat tempur SU-30, dan enam kapal angkatan laut di sekitar Taiwan, antara pukul 06.00 pada Jumat (26/1) hingga pukul 06.00 pada Sabtu (27/1). Dari jumlah pesawat tersebut, 13 pesawat tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan – perbatasan tidak resmi yang dianggap sebagai garis tengah antara pulau tersebut dan daratan utama. Taiwan telah memantau situasi dan mengerahkan pasukannya sendiri untuk menanggapi kegiatan tersebut.

China mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya dan dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan ketidaksenangannya terhadap aktivitas politik di Taiwan dengan mengirimkan pesawat dan kapal militer.

Taiwan mengatakan enam balon China terbang di atas pulau itu atau melalui wilayah udara di utara pulau itu beberapa hari setelah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu, memilih Lai Ching-te sebagai presiden baru. Partai Progresif Demokratik yang dipimpin Lai sebagian besar berkampanye mengenai penentuan nasib sendiri, keadilan sosial, dan penolakan terhadap ancaman China.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi berada di Bangkok untuk melakukan pembicaraan, meskipun tidak jelas kapan pertemuan itu akan berlangsung atau apakah sudah dilaksanakan.

 

2 dari 3 halaman

Pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping

Pemimpin China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden bertemu di sela-sela APEC, mereka berjalan di Filoli Estate, Woodside, Californa. (AP, Pool)

Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping bertemu di sela-sela pertemuan puncak pada November dalam upaya untuk memperbaiki hubungan yang tegang akibat perselisihan mengenai berbagai masalah ekonomi dan geopolitik.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson mengatakan pertemuan yang direncanakan di Bangkok melanjutkan komitmen yang dibuat Biden dan Xi "untuk menjaga komunikasi strategis dan mengelola hubungan secara bertanggung jawab."

Selama pembicaraan, Menteri Luar Negeri Wang akan memperjelas posisi China terhadap Taiwan dan hubungan AS-China, serta membahas keprihatinan internasional dan regional, kata juru bicara kementerian Wang Wenbin pada Jumat (26/1).

 

3 dari 3 halaman

Ketegangan di Laut Merah

Pemimpin China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden bertemu di sela-sela APEC, mereka berjalan di Filoli Estate, Woodside, Californa. (AP, Pool)

Yang menjadi kekhawatiran internasional bagi kedua negara adalah ketegangan di Laut Merah yang telah mengganggu perdagangan global dengan memaksa banyak pengirim barang menghindari Terusan Suez.

Beijing mengatakan pihaknya telah melakukan upaya positif untuk meredakan situasi di mana pemberontak Houthi yang didukung Iran menembakkan rudal ke kapal-kapal internasional.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya