Harum Energy Cetak Pendapatan USD 492 Juta hingga Semester I 2023

PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatat pertumbuhan pendapatan 30,41 persen dan laba bersih naik 3,16 persen pada semester I 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Agu 2023, 10:34 WIB
Emiten batu bara, PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengumumkan laporan keuangan semester I 2023. (Dok Harum Energy)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten batu bara, PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencetak pendapatan senilai USD 492,24 juta hingga akhir semester I 2023. Angka ini melonjak 30,41 persen year on year (YoY) dibandingkan pendapatan HRUM pada enam bulan pertama 2022 lalu yakni USD 377,45 juta.

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (4/8/2023), pendapatan HRUM pada semester I 2023 terdiri atas pendapatan kontrak dengan pelanggan sebesar USD 488,32 juta dan pendapatan sewa sebesar USD 3,92 juta.

Bersamaan dengan itu, Harum Energy mengalami kenaikan beban pokok pendapatan dan beban langsung sebesar 79,49 persen YoY menjadi USD 238,88 juta pada semester I 2023, dibandingkan dengan semester I 2022 yakni USD 132,97 juta.

Perseroan pun membukukan laba bruto senilai USD 253,35 juta pada akhir semester I 2023 atau meningkat 3,62 persen YoY dibandingkan laba bruto perusahaan pada semester I 2022 sebesar USD 244,48 juta.

Hingga akhir semester I 2023, HRUM mencatatkan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebanyak USD 150,60 juta. Hasil ini lebih tinggi 3,16 persen YoY dibandingkan laba bersih HRUM pada semester I 2022 yakni sebesar USD 145,98 juta.

Pada semester I 2023, HRUM memiliki total aset senilai USD 1,36 miliar atau tumbuh 7,08 persen dibandingkan total aset emiten tersebut pada akhir 2022 yaitu sebesar USD 1,27 miliar.

Total aset Harum Energy pada semester pertama 2023 terdiri dari aset lancar senilai USD 513,25 juta dan aset tidak lancar senilai USD 853,69 juta.

Liabilitas menyusut menjadi USD 184,12 juta pada semester I 2023 dari tahun sebelumnya USD 286,53. Sementara ekuitas hingga Juni 2023 naik menjadi USD 1,18 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar USD 992,27 juta.

 

 

2 dari 5 halaman

Genjot Bisnis di Industri Nikel, Harum Energy Bakal Ikutan Nyemplung ke Kendaraan Listrik?

Tambang PT Harum Energy Tbk (HRUM). Dok Harum Energy

Sebelumnya, PT Harum Energy Tbk (HRUM) membuka kemungkinan perusahaan bakal ekspansi ke industri hilir nikel, seperti pada ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). 

Namun Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara mengisyaratkan niat itu belum akan dieksekusi dalam waktu dekat.

“Soal EV, saat ini kita belum sampai ke sana karena itu sangat hilir. Kami akan mulai investasi di hulu, kemudian mix stream, baru secara bertahap masuk hilir,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (9/6/2023).

Perseroan memang sedang gencar mengembangkan usaha di sektor penambangan dan pengolahan bijih nikel yang diharapkan dapat berkontribusi dalam beberapa tahun ke depan.

Untuk tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar USD 52 juta, di mana setengahnya atau 50 persen dialokasikan untuk pengembangan bisnis nikel yang sudah ada.

Belanja modal itu belum termasuk ongkos investasi untuk smelter kedua perseroan, Westrong Metal Industry (WMI) yang masih membutuhkan dana sekitar USD 90 juta.

“Kami masih ada investasi yang harus dikeluarkan untuk smelter kedua. Tahun ini kita anggarkan penyelesaian smelter masih butuh dana USD 90 juta… Smelter ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada kuartal IV tahun ini dengan kapasitas produksi 56 ribu ton per tahun,” jelas Ray.

 

3 dari 5 halaman

Ambil Alih

Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara dalam paparan publik perseroan, Jumat (9/6/2023). Perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen tunai atas laba bersih tahun buku 2022.

Pada 27 April 2022, PT Harum Nickel Industry (HNI), yang merupakan salah satu subsidiari PT Harum Energy Tbk telah mengambil bagian atas 250.000 saham baru dalam PT Westrong Metal Industry (PT WMI) yang mewakili 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor PT WMI, dengan harga pengambilan bagian saham sebesar USD 75 juta.

Smelter yang dibangun oleh PT WMI akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Sampai dengan Mei lalu, progres pembangunan smelter telah mencapai 80 persen.

Adapun smelter eksisting perseroan, Infei Metal Industry (IMI) yang sudah beroperasi sejak kuartal II tahun lalu. Hingga kuartal I 2023, smelter IMI telah merealisasikan produksi sebesar 6 ribu ton dalam bentuk ferronickel atau nickel pig iron

“Kami juga akan terus jajaki peluang perluasan atau ekspansi sektor nikel baik hulu maupun hilir. Kami akan jajaki peluang untuk mengakuisisi sumber daya nikel tambahan untuk menambah sumber daya yang saat ini sudah kita miliki. Dan pada saat yang sama melakukan ekspansi ke industri pengolahan untuk mendapat nilai tambah maksimal dari investasi yang kita lakukan,” tutup Ray.

 

4 dari 5 halaman

Harum Energy Siapkan Investasi Rp 1,34 Triliun untuk Rampungkan Smelter Kedua

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Harum Energy Tbk (HRUM) menyiapkan investasi sebesar USD 90 juta atau sekitar Rp 1,34 triliun (kurs Rp 14.855,55 per USD) untuk merampungkan smelter kedua perseroan, Westrong Metal Industry (WMI) di Halmahera Tengah. Smelter ini ditargetkan rampung sebelum 2023 berakhir

“Kami masih ada investasi yang harus dikeluarkan untuk smelter kedua. Tahun ini kita anggarkan penyelesaian smelter masih butuh dana USD 90 juta… Smelter ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada kuartal IV tahun ini dengan kapasitas produksi 56 ribu ton per tahun,” jelas kata Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara dalam paparan publik perseroan, Jumat (9/6/2023).

Informasi saja, pada 27 April 2022, PT Harum Nickel Industry (HNI), yang merupakan salah satu subsidiari PT Harum Energy Tbk telah mengambil bagian atas 250.000 saham baru dalam PT Westrong Metal Industry (PT WMI) yang mewakili 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor PT WMI, dengan harga pengambilan bagian saham sebesar USD 75 juta.

Smelter yang dibangun oleh PT WMI akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Sampai dengan Mei lalu, progres pembangunan smelter telah mencapai 80 persen. Dengan capaian itu, perseroan optimis target penyelesaian akan berjalan sesuai jadwal.

“Progres per Mei sudha 70-80 peren. Jadi kami merasa bahwa jawal dimulainya produksi dari smelter ini akan sesuai dengan jadwal yaitu di akhir kuartal IV tahun ini,” imbuh Ray.

 

5 dari 5 halaman

Tahap Awal

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Untuk tahap awal, smelter WMI ditargetkan dapat memproduksi 3—6 juta ton nikel dalam 3–4 tahun pertama sejak dimulainya produksi secara komersial.

Adapun saat ini perseroan telah memiliki satu smelter eksisting, Infei Metal Industry (IMI) yang sudah beroperasi sejak kuartal II tahun lalu. Hingga kuartal I 2023, smelter IMI telah merealisasikan produksi sebesar 6 ribu ton dalam bentuk ferronickel atau nickel pig iron

“Kami juga akan terus jajaki peluang perluasan atau ekspansi sektor nikel baik hulu maupun hilir. Kami akan jajaki peluang untuk mengakuisisi sumber daya nikel tambahan untuk menambah sumber daya yang saat ini sudah kita miliki. Dan pada saat yang sama melakukan ekspansi ke industri pengolahan untuk mendapat nilai tambah maksimal dari investasi yang kita lakukan,” tutup Ray.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya