Impor Daging Sapi dan Gula Jelang Lebaran, Pemerintah Siapkan Rp 8 Triliun

Pemerintah bakal menggelontorkan anggaran Rp 8 triliun kepada Holding BUMN Pangan ID Food, untuk melakukan impor daging sapi dan gula kristal putih atau gula konsumsi.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 08 Feb 2023, 12:30 WIB
Pedagang memotong daging sapi yang dijualnya di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (5/8). Pemerintah mencabut ketentuan kewajiban importir daging untuk menyerap daging lokal sebanyak tiga persen dari total kuota impor yang diperoleh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah bakal menggelontorkan anggaran Rp 8 triliun kepada Holding BUMN Pangan ID Food, untuk melakukan impor daging sapi dan gula kristal putih atau gula konsumsi. Tujuannya, untuk menjaga ketersediaan stok dan harga kedua komoditas tersebut saat Lebaran 2023.

Rincian alokasinya, sebesar 100.000 ton untuk impor daging sapi dari Brazil dan 250.000 ton gula konsumsi.

Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, pendanaan impor daging sapi dan gula memang ditanggung pemerintah. Namun, ID FOOD bakal memakai uang kas perusahaan terlebih dahulu sebelum anggaran dicairkan.

"Sebenarnya kita ada skema pendanaan dari pemerintah, tapi sebelum itu turun kita pakai (modal) sendiri. Kurang lebih Rp 8 triliun," jelas Frans di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Frans menyatakan, kedatangan stok impor diupayakan segera masuk sebelum Ramadhan dan Lebaran 2023 pada Maret 2023. Sehingga harga dan ketersediaannya cukup selama bulan suci.

"Untuk HBKN (Hari Besar Keagamaan dan Nasional) saya lagi persiapkan percepatan kedatangannya. Karena HBKN itu maju kurang lebih tanggal 23 Maret," ujar Frans.

Berbeda dengan ID Food, Perum Bulog justru tidak mendapat kuota untuk mengimpor gula kristal putih. Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, berdasarkan rapat koordinasi terbatas (rakortas) pemerintah tidak memberikan penugasan kepada pihaknya untuk menyuplai komoditas tersebut.

"Gula saya sedang usahakan, kemarin udah rakortas, sudah diputus dan Bulog ini tidak mendapatkan jatah untuk gula kristal putih," kata Buwas.

Padahal, ia menyatakan, pemerintah seharusnya memberi penugasan kepada Bulog untuk mendatangkan 100.000 ton gula konsumsi. Asumsi itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat saat Ramadhan dan Lebaran tahun ini.

"Sekarang hari besar keagamaan Puasa dan Lebaran ini kita harus punya amunisi paling tidak 100.000 ton untuk kita supply ke seluruh Indonesia. Sehingga nanti kebutuhan masyarakat seluruh Indonesia tentang gula bisa terpenuhi, tapi hari ini kita enggak ada amunisinya, nggak dapat," tutur dia.

 

 

2 dari 3 halaman

Harga Daging Sapi Masih Mahal, di Kisaran Rp 140 Ribu per Kg

Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Harga daging sapi di pasar tradisional semakin tinggi. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategi (PIHPS) nasional, daging sapi, daging ayam, telur, bawang merah, bawang putih, cabai, minyak goreng, beras sampai gula mengalami kenaikan.

Begitu pula di pasar tradisional. Pantauan Liputan6.com di Pasar Tigaraksa Tangerang Banten, Kamis (5/1/2023), harga daging sapi kini mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg). Angka ini naik dari harga sebelumnya yang dikisaran Rp 130 ribu per kg.

Wawan (26), salah satu pedagang daging sapi di Pasar Tigaraksa, Kabupaten Tangerang menjelaskan bahwa sebelum tahun baru, daging sapi masih berada pada batas normal yaitu di kisaran Rp 120 ribu per Kg.

Menurutnya, kenaikan harga daging sapi tersebut dirasa karena usai Natal dan Tahun Baru tak lama kemudian disambut dengan Idul Fitri dalam beberapa bulan lagi.

Dampak dari kenaikan harga tersebut, Wawan harus mengalami penurunan pendapatan. Hal itu terjadi karena sepinya pembeli. Ia berharap pemerintah menurunkan harga supaya pembeli daging sapi kembali ramai dan bisa terjangkau oleh rakyat kecil.

“Harapan saya harganya turun. Sekilo daging bisa mencapai Rp 140 ribu per kg sedangkan gaji orang-orang enggak seberapa, jadi mereka sayang kalau beli daging. Kalau daging murah kemungkinan bisa dibeli sama semua orang,” kata Wawan.

3 dari 3 halaman

Omzet Turun

Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (5/8). Pemerintah mencabut ketentuan kewajiban importir daging untuk menyerap daging lokal sebanyak tiga persen dari total kuota impor yang diperoleh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Begitu juga dengan Bayu yang mengeluhkan tentang harga daging yang naik membuat daya beli rendah sehingga omsetnya menurun. Selain itu, akibatnya terus terjadinya tawar-menawar dari para pembeli kepadanya.

“Dari sebelum tahun baru sampai sesudah tahun baru harganya masih tetap segitu. Dengan harga Rp 140 ribu per  kg membuat saya kesulitan menjualnya. Banyak pedagang lain yang mengeluh karena awalnya orang beli bisa sampai 1  kg tapi sekarang cuma ½ kg. Pelanggan juga banyak yang hilang” kata Bayu.

Menurutnya hal itu terjadi karena kemungkinan sapi yang langka sehingga tukang jagal sapinya menaikkan harga dan akhirnya berdampak ke harga pasar. Namun sejauh ini pasokan stocknya masih lancar.

Oleh karena itu, pria berusia 28 tahun ini menyiasatinya dengan menjual harga daging Rp 130.000 per kg. Itu semua karena ia melihat bahwa pembeli hanya mampu membeli dengan harga tersebut.

“Kalau di tempat saya pembeli menurunnya sampai 60 persen. Dulu saya bisa jual sampai 100 kg tapi sekarang cuma 40 kg karena pembeli gak kuat untuk beli dagingnya. Saya jual Rp 130 ribu per kg karena itu alasannya,” ucap Bayu.

Produksi gula selalu kurang, impor berdatangan, dan pabrik lokal tutup? (liputan6.com/Trie yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya