Aksi Beli Reksa Dana Melalui Fintech Meningkat

Direktur Utama KSEI, Urip Budhi Prasetyo menuturkan, pihaknya mencatatkan jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 10,3 juta investor

oleh Elga Nurmutia diperbarui 30 Des 2022, 11:56 WIB
Peserta mengikuti cara berinvestasi Mandiri Skuritas di Bursa Efek Jakarta, Selasa (17/11). Mandiri Sekuritas terus mendorong pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebutkan, platform financial technology (fintech) berkontribusi dalam pertumbuhan jumlah investor pasar modal. 

Direktur Utama KSEI, Urip Budhi Prasetyo menuturkan, pihaknya mencatatkan jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 10,3 juta investor atau meningkat 37,53 persen hingga 28 Desember 2022 dari akhir 2021 yang sebelumnya berjumlah 7,49 juta. 

Jumlah tersebut terdiri dari investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI, dengan komposisi 4,44 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,59 juta investor memiliki aset reksa dana dan 830 ribu investor memiliki aset SBN. 

Sementara itu, peran platform fintech semakin penting untuk investasi di pasar modal. Hal ini dibuktikan dengan data KSEI 78,17 persen investor memiliki rekening investasi di selling agent fintech. 

"Terdapat 17 selling agent fintech, fintech mempermudah aktivitas transaksi," kata Urip dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, dikutip Jumat (30/12/2022).

Urip mengatakan, jumlah investor yang melakukan transaksi lewat selling agent fintech terlihat dari jumlah asset under management (AUM) yang mengalami pertumbuhan.

Pada 2018, AUM selling agent fintech sebesar Rp 688,48 miliar. Kemudian, AUM tersebut meningkat menjadi Rp 25,94 triliun hingga 26 Desember 2022.

"Keberadaan mereka (fintech) jelas membantu, kalau AUM 2018 hanya Rp 688 miliar, meningkat 38 kali lipat menjadi hampir Rp 26 triliun peningkatannya," kata dia.

2 dari 6 halaman

Aksi Investor

Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan demikian, frekuensi transaksi subscription (pembelian) reksa dana di fintech meningkat 17,06 persen dari 2021 Rp 18,48 triliun menjadi Rp21,63 triliun hingga 26 Desember 2022.

Sedangkan, frekuensi transaksi redemption (pencairan) reksa dana di fintech meningkat 9,35 persen dari Rp7,67 triliun pada 2021 menjadi Rp8,39 triliun hingga 26 Desember 2022.

Sementara itu, selling agent fintech paling banyak mengelola reksa dana pendapatan tetap (fixed income fund), yakni sebanyak Rp11,14 triliun dari jumlah reksa dana pendapatan nasional sebesar Rp139,59 triliun.

Selain itu, agent fintech juga banyak mengelola reksa dana pasar uang (money market fund) sebesar Rp7,43 triliun dari jumlah reksa dana pasar uang sebesar Rp 91,16 triliun.

Lalu, reksa dana saham (equity fund) mencapai Rp 3,43 triliun, reksa dana indeks (index fund) senilai Rp1,42 triliun serta reksa dana campuran (mixed asset fund) sebesar Rp1,19 triliun.

 

 

3 dari 6 halaman

Diminati Generasi Muda, Dana Kelolaan Reksa Dana Malah Turun Terbatas

Pekerja menunjukan data pasar modal saat pameran Investor Summit 2015 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (12/11/2015). Investor Summit diselengarakan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia paham tentang pasar modal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut produk reksa dana menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati generasi muda. Hal itu tercermin dari porsi investor reksa dana per September 2022 yang mencapai 9,09 juta SID, naik 32,9 persen dibanding posisi akhir tahun lalu sebanyak 6,84 juta SID.

Sementara investor pasar modal secara keseluruhan hingga September 2022 mencapai 9,78 juta SID, naik 30,55 persen dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar 7,49 juta SID.

Investor usia di bawah 30 tahun mendominasi sebesar 53,38 persen. Disusul investor usia 31—40 tahun sebanyak 22,23 persen.

"Sektor yang diminati milenial adalah reksa dana, karena yang  namanya milenial modalnya masih cukup kecil. Modal Rp 100 ribu masih cukup, di situ yang paling banyak," ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Djustini Septiana, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Sayangnya, Kepala Pengawas Eksekutif Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengungkapkan kinerja reksa dana masih mengalami sedikit penurunan. Hingga 11 Oktober 2022, Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan reksa dana hingga 11 Oktober 2022 mencapai Rp 834,57 triliun.

Dana kelolaan reksa dana ini turun 1,27 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 847,37 triliun. “Sementara itu, total Asset Under Management juga mengalami penurunan sebesar 1,27 persen dari sebelumnya sebesar Rp 847,37 triliun menjadi Rp 836,57 triliun,” papar Inarno.

4 dari 6 halaman

Menakar Investasi Reksa Dana di Tengah Sentimen Resesi Global hingga Inflasi

Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, di tengah sentimen ancaman resesi global dan inflasi tinggi dapat menjadi kesempatan untuk masuk investasi reksa dana. Calon investor dan investor pun diimbau untuk tidak panik dan bisa memanfaatkan koreksi di pasar keuangan untuk berinvestasi termasuk reksa dana.

"Penurunan harga (apabila ada) dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk masuk di harga rendah," kata Direktur PT Panin Asset Manajemen, Rudiyanto kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (8/10/2022).

Rudiyanto menuturkan, strategi untuk pengelolaan investasi reksa dana sesuai kebijakan.

"Strateginya sesuai kebijakan, misalkan reksa dana pasar uang ya di deposito, reksa dana pendapatan tetap di obligasi dan reksa dana saham di saham," kata dia.

CEO dan Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Afifa mengatakan, dari sisi fundamental domestik, pihaknya optimistis dengan kondisi makroekonomi Indonesia yang berada pada siklus pemulihan dan juga didukung ekspor komoditas yang suportif. 

"Faktor tersebut memberi bantalan bagi ekonomi Indonesia di tengah pelemahan ekonomi global," kata Afifa.

Selain itu, di MAMI, untuk menghasilkan portofolio reksa dana yang optimal menerapkan filosofi pengelolaan aset investasi secara aktif yang didasari oleh riset mendalam dan manajemen risiko  yang disiplin. 

"Pembentukan portofolio dilakukan berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim investasi MAMI yang profesional dan berpengalaman, serta memanfaatkan jaringan global Manulife Investment Management untuk mendapatkan keunggulan informasi," imbuhnya.

5 dari 6 halaman

Manajemen Risiko

Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemilihan investasi juga ditentukan berdasarkan faktor manajemen risiko untuk memastikan investasi dilakukan secara bijaksana.

Sementara itu, volatilitas pasar dinilai masih dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor global karena pasar masih menganalisa dampak dari ekspektasi suku bunga bank sentral AS atau the Fed yang lebih agresif dan juga memperhatikan data ekonomi Amerika Serikat.

"Menurut kami, faktor ini sangat krusial, terutama di kondisi volatilitas global saat ini," ujar dia.

Kemudian, untuk investor yang ingin memiliki investasi reksa dana di tengah sentimen resesi global dan inflasi tinggi, suku bunga tinggi jangan panik.

"Jangan panik, ini bukan pertama kalinya terjadi volatilitas di pasar. Kita sudah sering melalui periode volatitas seperti ini dan pasar dapat kembali rebound seiring dengan pemulihan ekonomi," kata dia.

6 dari 6 halaman

Investasi Jangka Panjang

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi investor dengan horizon investasi panjang, periode pelemahan justru dapat menjadi peluang untuk menambah investasi di harga lebih murah.

"Bagi investor dengan horizon investasi pendek, diversifikasi menjadi kunci untuk meminimalisir volatilitas. Pastikan portofolio Anda juga memiliki porsi reksa dana yang lebih defensif seperti  reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap tenor pendek," kata Afifa.

Reksa dana saham dapat dipertimbangkan sebagai pilihan karena diuntungkan oleh siklus pemulihan ekonomi Indonesia.

"Namun, di tengah volatiltias global saat ini, diversifikasi ke reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko volatilitas portofolio," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya