PTBA Target Produksi Batu Bara 30 Juta Ton hingga Akhir 2021

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) selaku anak usaha Inalum target menaikan volume produksi batubara sebesar 5,2 juta ton.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Des 2021, 16:40 WIB
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) selaku anak usaha Inalum target menaikan volume produksi batu bara sebesar 5,2 juta ton, dari sebelumnya 24,8 juta ton pada akhir tahun lalu menjadi 30 juta ton di penghujung 2021.

"Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 24,8 juta ton pada tahun 2020 menjadi 30 juta ton pada tahun 2021," ujar Direktur Utama PT Bukit Asam Suryo Eko Hadianto dalam sesi teleconference, Jumat (10/12/2021).

Suryo mengutarakan, Bukit Asam perlu menggenjot produksi sekitar 2 juta ton untuk bisa mencapai target hasil produksi 30 juta ton batu bara pada akhir tahun ini.

"Untuk produksi dan penjualan 2020-2021, total produksi batu bara PTBA sampai dengan 30 November 2021 mencapai 28 juta ton dengan penjualan 25,8 juta ton," terangnya.

Bukit Asam juga juga menargetkan kenaikan porsi ekspor batu bara sebagai upaya pemanfaatan momentum kenaikan harga batu bara di pasar internasional.

"Perseroan mentargetkan porsi ekspor batu bara hingga akhir 2021 bisa mencapai 47 persen," kata Suryo.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kegiatan Produksi Batu Bara

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Berau menyebut tambang batu bara ilegal salah satunya di Jalan Cut Nyak Dien, Kecamatan Teluk Bayur.

Meski masih berfokus pada kegiatan produksi batu bara, Suryo enggan abai dari tren transformasi energi yang terjadi saat ini. Dia tidak ingin PTBA collapse saat sektor energi beralih meninggalkan batubara menuju energi baru terbarukan (EBT).

"PTBA terus memantau fluktuasi harga komoditas batubara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga secara optimal, sekaligus tetap waspada untuk menjaga kinerja perusahaan dengan tetap mengendalikan biaya operasinya," ucapnya.

"Di sisi lain, PTBA tetap melakukan efisiensi secara berkelanjutan di setiap lini kegiatan. Sehingga apabila terjadi penurunan harga (batubara) tidak akan berdampak signifikan pada kinerja perseroan dan tetap dapat membukukan kinerja yang positif," tandas Suryo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya