Sederet Permasalahan Sektor Energi yang Masih Menggelayuti Indonesia

Salah satu permasalahan energi di Tanah Air adalah turunnya produksi minyak bumi. Alhasil Indonesia masih menggantungkan diri pada impor bahan bakar minyak.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Okt 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia disebut masih memiliki berbagai permasalahan di bidang kedaulatan energi. Hal ini pun menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pada sektor energi.

"Ini menjadi problem negara dalam rangka menuju kedaulatan dan kemandirian energi," kata Pemerhati Hukum ESDM, Ahmad Redi dalam satu diskusi di Jakarta, Minggu (10/10/2021).

Salah satu permasalahan energi di Tanah Air adalah turunnya produksi minyak bumi. Alhasil Indonesia masih menggantungkan diri pada impor bahan bakar minyak.

Permasalahan lainnya, impor minyak bumi pemerintah tidak bisa tertampung pada kilang-kilang yang ada secara maksimal. Ini mengingat  daya tampung kilang seperti Balongan dan Tuban belum maksimal.

Padahal, kata dia, pembangunan kilang sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Namun sayang hingga kini tak kunjung terwujud.

"Sejak RPJM setiap lima tahun siapapun presidennya ada rencana itu. Tapi realisasinya itu masih belum maksimal dan nol besar. Ini konteks masalah pertama," jelas dia.

Permasalahan lain, berkaitan dengan pemanfaatan energi domestik yang masih rendah. Padahal di dalam Undang-Undang Energi Ketenagalistrikan diatur bagaimana pemanfaatan energi setempat harus jadi prioritas.

"Regulasi kita mengatakan bahwa pemanfaatan energi setempat itu harus diprioritaskan jadi ketika di daerah tertentu ada akses batubara terhadap gas itu terkendala, harusnya negara dalam konteks kebijakan energi nasional seusai UU Energi itu memanfaatkan energi setempat," ungkapnya.

 

2 dari 2 halaman

Masalah Lainnya

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Masalah ketiga adalah akses dan infrastruktur yang masih terbatas. Kemudian keempat yakni ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM), kelima harga energi belum kompetitif dan subsidi energi tinggi.

"Bagaimana subsidi energi ini menjadi masalah ketika harga Pertalite dinaikan dikit, maka orang-orang akan balik ke Premium. Ini soal politik kebijakan yang justru kemudian bagaimana harga energi kita belum kompetitif," ujarnya.

Dia melanjutkan permasalah lain terhadap energi di Indonesia juga terlihat dari bauran energi masih didominasi minyak bumi, sedangkan energi baru terbarukan (EBT) masih sangat rendah. Serta terakhir mengenai pemanfaatan energi belum efisien.

"Kita paham bahwa negara kita masyarakatnya kesadaran energinya masih rendah. Boros energinya masih tinggi dan ini sebenarnya bahaya dalam jangka lebih panjang perilaku boros energi kesadaran energi tidak baik ini mengancam kedaulatan energi kita," pungkas dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya