Sejarah Besek Bambu yang Ramah Lingkungan

Beberapa tahun belakangan, besek jadi alternatif wadah daging kurban yang ramah lingkungan.

oleh Komarudin diperbarui 18 Jul 2021, 07:02 WIB
Panitia pelaksana kurban di Masjid Al-Lathiif, Kota Bandung, menggunakan besek bambu dalam membagikan daging kurban, Jumat (31/7/2020). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Iduladha tinggal menghitung hari. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun memperkenalkan sejumlah alternatif untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di momen tersebut.

"Kalian bisa menggunakan alternatif wadah untuk membagikan daging kurban dengan besek bambu, daun pisang, daun jati, atau wadah makanan," tulis akun Instagram @kementerianlhk, 14 Juli 2021. Penggunaan wadah tersebut dapat berkembang sesuai inovasi dan kreativitas untuk mengurangi kantong plastik sekali pakai.

"Selain merusak lingkungan, kantong plastik, terutama yang berwarna hitam juga buruk bagi kesehatan. Karena berasal dari proses daur ulang yang sumbernya bisa dari berbagai limbah. Semua kantong plastik itu tidak memiliki kualitas food grade, mengandung zat karsinogen serta bahan kimia lainnya," lanjut akun tersebut.

Daun pisang dan daung jati mudah terurai, tidak seperti plastik. Sementara besek dapat digunakan kembali sebagai wadah.

"Jadi, mari kita gunakan wadah alternatif, Iduladha akan semakin berkah dengan mengurangi kantong plastik!" ajak pihaknya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Sejarah Besek Bambu

Besek bambu di jual di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (1/7/2021). Menurut pedagang, penjualan besek untuk daging kurban jelang Idul Adha 2021 diharapkan mengalami peningkatan, mengingat kebijakan Pemprov DKI melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di antara banyak wadah, besek punya sejarah yang cukup panjang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), besek adalah tempat yang terbuat dari anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat.

Dilansir dari berbagai sumber, Jumat, 16 Juli 2021, besek sudah dikenal dalam keseharian masyarakat Hindu-Buddha di Nusantara. Masyarakat memanfaatkan pohon bambu untuk berbagai kebutuhan, termasuk menggunakannya sebagai wadah yang sekarang kita kenal sebagai besek.

Besek digunakan untuk menyaikan makanan, atau yang disebut dengan berkat, yang bermakna berkah. Besek bambu tak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga mancanegara.

3 dari 4 halaman

Diekspor ke Eropa

Pedagang menunjukkan besek dari anyaman bambu di Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (1/7/2021). Harga satu besek dibandrol mulai dari Rp3.000 hingga Rp6.000 tergantung ukuran besek. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada akhir 2019, misalnya, besek bambu dari Semarang, Jawa Tengah sempat diekspor ke beberapa negara Eropa, termasuk Belgia. 

Cerita tentang besek menembus pasar mancanegara sebenarnya bukan hal yang asing. Jauh sebelumnya, besek sudah diekspor ke luar negeri. Tak hanya dari Semarang, namun juga besek bambu produksi Sleman, Yogyakarta.

Untuk menarik pembelinya, saat ini juga berkembang besek bambu dengan varian warna-warni, seperti dikembangkan Omah Besek Jepara. Tempat ini memproduksi berbagai jenis besek atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu.

Model dan ukuran beseknya bermacam-macam. Hal itu sebagai salah satu strategi agar besek tetap menarik dan mampu bersaing dengan wadah yang terbuat dari plastik.

4 dari 4 halaman

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya