Wapres Ma'ruf Amin Ceritakan Sejarah Perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia

Untuk lebih mengembangkan pasar modal Syariah, OJK telah menerbitkan Roadmap Pasar Modal Syariah 2020-2024.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2021, 12:15 WIB
Wapres Ma'ruf Amin (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres), Ma'ruf Amin menceritakan sejarah perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. Pemerintah telah memberikan dukungan ke industri pasar modal syariah sejak 1997. Di tahun tersebut produk reksadana syariah terbit untuk pertama kali.

"Pengembangan pasar modal syariah Indonesia telah dilakukan sejak 1997," ujar Wapres dalam konferensi internasional dengan tema utama The Future of Islamic Capital Market: Opportunities, Challenges, and Way Forward, Kamis (15/7/2021).

Namun meskipun sudah dibuka jalan pada 1997, industri pasar modal syariah baru mulai menggeliat 14 tahun kemudian atau pada 2011. Di tahun tersebut baru bermunculan beberapa produk pasar modal syariah lainnya baik reksa dana, obligasi maupun saham. 

Untuk lebih mengembangkan pasar modal Syariah, OJK telah menerbitkan Roadmap Pasar Modal Syariah 2020-2024 sebagai salah satu panduan terkait arah kebijakan pasar modal syariah.

Selanjutnya berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk penguatan industri keuangan syariah di Indonesia khususnya terkait pasar modal syariah.

Beberapa diantaranya melalui penguatan kelembagaan perbankan syariah melalui penggabungan tiga Bank Umum Syariah di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kini dikenal dengan nama PT Bank Syariah Indonesia (PT BSI).

"Dan pada 2025 ditargetkan nantinya akan masuk dalam 10 besar bank syariah dunia," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Upaya Lain

Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Upaya lainnya melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), yang merupakan instrument investasi bagi para pelaku industri keuangan syariah dan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel untuk masyarakat umum. Total penerbitan Sukuk Ritel tersebut mencapai Rp203 triliun, dengan total investor sebanyak 347.145 individu.

Kemudian juga penerbitan Green Sukuk, yang merupakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pertama dan terbesar di dunia dengan konsep berkelanjutan telah menerima sekitar 42 penghargaan dari berbagai lembaga internasional.

"Dan yang keempat, OJK juga telah memberikan ijin penerbitan instrumen investasi syariah di pasar modal syariah seperti reksa dana syariah dan saham syariah yang fatwanya diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya