Dokter Paru: Orang yang Tidak Divaksin Sinovac Berisiko Terinfeksi COVID-19 3 Kali Lebih Tinggi

Orang yang mendapatkan vaksin COVID-19 Sinovac, risiko terinfeksi COVID-19 berkurang 65,3 persen, dibandingkan orang yang tidak tervaksinasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jan 2021, 19:03 WIB
Petugas vaksinator menyiapkan vaksin CoronaVac dari SinoVac di RSUD Cengkareng, Jakarta, Kamis (14/01/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap awal dijadwalkan berlangsung dari Januari hingga Februari 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyatakan bahwa vaksin COVID-19 dari Sinovac memiliki efikasi 65,3 persen. 

Vaksin dengan efikasi atau kemanjuran 65,3 persen dalam uji klinik berarti terjadi penurunan 65,3 persen kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi atau plasebo.

"Artinya, orang yang mendapatkan vaksin Sinovac, risiko terinfeksi COVID-19 berkurang 65,3 persen, dibandingkan orang yang tidak tervaksinasi," kata dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan dalam jumpa pers virtual, Sabtu (23/01/2021).

Dengan nilai efikasi tersebut, maka risiko terinfeksi COVID-19 pada orang yang memperoleh vaksinasi Sinovac 0,357 kali risiko yang tidak divaksin.

"Jadi, orang yang tidak divaksin, punya risiko 3 kali lebih tinggi dari orang yang divaksinasi. Jadi kalau melihat angka ini, disimpulkan divaksinasi jauh lebih baik daripada tidak divaksinasi," tambahnya.

Meski begitu, bukan berarti ketika sudah divaksin lantas bebas tidak terkena COVID-19. Risiko terinfeksi virus SARS-CoV-2 tetap ada tapi relatif lebih ringan dan menurunkan angka kematian

"Memang risiko terjangkit COVID-19 ini akan tetap ada setelah diberikan vaksin, namun risikonya akan lebih rendah. Kalau pun terjangkit, gejala klinisnya juga ringan," ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

2 dari 3 halaman

Soal Efek Samping

Erlina juga mendorong vaksinasi dilakukan  mengingat kasus positif COVID-19 di Indonesia terus meningkat, dan menyebabkan banyak rumah sakit terutama di kota besar, yang kapasitasnya telah melebihi batas.

"Banyak ada SDM (nakes) kelelah, angka kematian meningkat, ada reinfeksi," ujarnya.

Tentu saja, vaksinasi COVID-19 tidak bisa berjalan sendirian. Perlu juga dengan menjalankan protokol kesehatan untuk menekan kasus COVID-19.

Ia juga menyebut masyarakat tidak perlu khawatir terhadap efek samping dari vaksin COVID-19, karena menurutnya belum ada efek samping serius yang terjadi, setelah penyuntikan vaksin Sinovac.

"Hanya efek samping umum, seperti nyeri, demam, kelelahan. Hingga saat ini belum ada efek samping serius yang ditemukan," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Juru bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, manfaat vaksinasi lebih besar ketimbang efek sampingnya.

"Vaksinasi memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan resikonya. Karena vaksin ini memiliki risiko efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi. Vaksin yang kita gunakan akan memberikan perlindungan kepada kita sehingga risiko kita menjadi sakit COVID-19 itu hanya 30 persen," ujarnya.

 

(Penulis: Rizki Febianto)

Load More
3 dari 3 halaman

Infografis

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya