Soal Isu Kebangkitan PKI, Moeldoko: Jangan Menakuti Orang

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara terkait pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo soal isu kebangkitan PKI.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 01 Okt 2020, 15:42 WIB
Kepala Staf Presiden RI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara terkait pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo soal isu kebangkitan PKI. Moeldoko meyakini bahwa isu tersebut tidak mungkin muncul tiba-tiba.

"Tidak mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja. Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain," kata Moeldoko dalam keterangan persnya, Kamis (1/10/2020).

Menurut dia, bisa saja isu ini kembali digulirkan sebagai komoditas untuk kepentingan tertentu. Moeldoko menyebut kembali digulirkannya isu PKI ini bisa dilihat dari dua pendekatan yakni, untuk menimbulkan kewaspadaan yang menenteramkan dan kewaspadaan yang menakutkan.

"Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu," jelasnya.

Moeldoko menilai seorang pemimpin seharusnya mengutamakan kententaraman masyarakat. Terlebih, saat ini masyarakat juga tengah dihadapi oleh situasi sulit akibat pandemi Covid-19.

"Kalau saya memilih, kewaspadaan untuk menenteramkan. Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi, membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," ujar mantan Panglima TNI itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Singgung Pencopotan Gatot Nurmantyo

Dalam kesempatan ini, Moeldoko juga menanggapi soal pencopotan Gatot sebagai Panglima TNI karena perintah menonton film G30S/PKI. Dia menyebut pernyataan Gatot merupakan pendapat subyektif.

"Karena itu penilaian subyektif ya boleh-boleh saja, sejauh itu perasaan," ucapnya.

Dia mengatakan perasaan Gatot belum tentu sama dengan yang dipikirkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Moeldoko menjelaskan bahwa pergantian pimpinan di sebuah organisasi pasti sudah melalui berbagai pertimbangan.

"Bukan hanya pertimbangan kasuistis tetapi pertimbangan yang lebih komprehensif," tutur Moeldoko.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya