Suku Bunga Acuan BI Bertahan di 5 Persen

Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan di level 5 persen

oleh Bawono Yadika diperbarui 21 Nov 2019, 14:25 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (dua kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan November 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 5,00 persen.

Suku bunga Deposit Facility juga bertahan di 4,25 persen dan Lending Facility di 5,75 persen.

"Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi terkendali dalam kisaran sasarannya," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Kamis (21/11/2019).

Perry menegaskan, kebijakan BI ini juga demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah resiko gejolak ekonomi global.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5 Persen

Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekonom Senior, Faisal Basri memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuannya pada angka 5,00 persen. Adapun suku bunga acuan terbaru akan diumumkan oleh BI pada hari besok pukul 14.00 WIB.

Dia menilai BI akan terpaksa menahan suku bunga acuannya karena tidak melihat peluang untuk penurunan suku bunga ke level 4 persen. Hal ini juga guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

"Artinya ruang gerak moneter itu terbatas. Jadi, mau diturunkan lagi jadi 4 (persen), inflasinya 3,2, jadi nett marginnya itu benar-benar flat. Jadi, BI akan menjaga agar rupiah itu tetap stabil," kata dia, saat ditemui di Kawasan Kebon sirih, Jakarta, Rabu (20/11).

Selain itu, lanjutnya, jika suku bunga kembali diturunkan maka investor akan kabur dari RI untuk mencari imbal hasil yang bunganya lebih tinggi. Kondisi tersebut tentu bukan merupakan hal yang positif bagi kondisi nilai tukar rupiah.

"Kalau suku bunga diturunkan, artinya return untuk investasi turun secara riil. Oleh karena itu, orang cenderung akan lari yang real interest rate-nya lebih tinggi," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Neraca Transaksi Berjalan

lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Tidak hanya itu, kondisi transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) masih lebar. Sehingga aksi kaburnya investor akan berbahaya sehingga BI tidak akan berani menurunkan kembali suku bunga acuannya.

"Oleh karena itu, saya duga BI akan maintain di level ini (5,00 persen). Karena kalau kita lihat current account kita masih defisit, defisitnya masih besar 2,6 persen. Investasi yang datang lebih banyak portfolio daripada FDI (asing). Jadi, rentan suku bunga diturunkan," tutupnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya