Cerita Prabowo Ikut Sarankan Soeharto Mundur Saat 1998

Prabowo mengaku sempat dilema apakah membela keluarga atau membela suatu kesetiaan yang lebih tinggi dari sekadar kekeluargaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Apr 2019, 03:01 WIB
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberi paparannya dalam debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). Semua pertanyaan dalam debat kedua ini dirahasiakan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengaku, ikut menyarankan supaya Presiden ke-2 RI Soeharto mundur dari kursi tampuk kepemimpinan pada tahun 1998. Hal itu disampaikan Prabowo dalam acara deklarasi dukungan Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Mulanya, Prabowo mengatakan bahwa negara saat ini sedang sakit. Penyakit tersebut disebabkan para elite Indonesia yang menyebabkan kekayaan Indonesia mengalir keluar negeri. Prabowo mengaku ikut bersalah karena termasuk bagian kekuasaan. Maka dari itu mengoreksi keadaan yang ada.

"Saya dulu jenderal. saya elite tentara dulu, saya bagian dari suatu rezim yang berkuasa, saya berusaha mengoreksi rezim itu dari dalam, dengan kawan kawan kami melancarkan, kami mendukung gerakan reformasi waktu itu, walaupun pemimpin rezim yang berkuasa pada saat itu adalah mertua saya sendiri," kata Prabowo.

Mantan Danjen Kopassus itu pun sempat dilema apakah membela keluarga atau membela suatu kesetiaan yang lebih tinggi dari sekadar kekeluargaan. Akhirnya, Prabowo pilih setia kepada negara bangsa dan rakyat Indonesia.

"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri, bukan karena saya tidak loyal sama Pak Harto, justru karena saya loyal sama Pak Soeharto, justru karena saya cinta sama Pak Harto," ucap Prabowo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Tak Tega dengan Soeharto

Prabowo tak tega melihat Soeharto yang sudah berusia lanjut masih memikul beban yang berat. Maka dari itu, sebagai seseorang yang mencintai orang tua, dia menyarankan Soeharto mundur di tahun 1998.

"Mungkin dari segi kapasitas fisik, kapasitas usia sudah saatnya orang tua kita istirahat, dari pada duduk di depan mengemudikan kendaraan ibaratnya, serahkan kepada mungkin yang lebih muda yang bisa menghadapi kondisi pada saat itu," terang Prabowo.

"Inilah sesuatu yang saya alami sendiri, karena itu pada saat terjadi perubahan tahun 1998 1999 saya mulai sebagai warga negara sebagai seorang patriot saya mulai menganalisa apa yang terjadi," tandas Prabowo.

 

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya