Benarkah Kecanduan Media Sosial Serupa Narkoba? Ini Penjelasannya

Kecanduan media sosial sendiri bisa diparalelkan dengan kecanduan narkoba karena keserupaannya. Benarkah?

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Feb 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak generasi milenial yang tak menyadari kalau sebenarnya mereka sudah kecanduan media sosial. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan hal ini dengan narkoba.

Orang yang kecanduan media sosial juga diajukan untuk masuk daftar Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, namun hingga kini masih diperdebatkan.

Mengutip laman Medical Daily, kecanduan media sosial sendiri bisa diparalelkan dengan kecanduan narkoba karena keserupaannya: ketergantungan terhadap sebuah sumber kesenangan tertentu, begitu parah hingga kita merasa 'sakit' jika tidak mendapatkannya.

Para psikolog telah mencatat bagaimana Like, komentar, atau follower baru di akun jejaring sosial bisa memicu riliskan hormon dopamin, mirip ketika kita mengonsumsi opioid.

Dengan kata lain, notifikasi di smartphone kita secara tak disadari membuat kita senang karena otak merespons seakan kita mendapatkan hadiah.

Profesor psikologi di Universitas Stanford menyebut bahwa manusia adalah "hewan sosial" sehingga interaksi adalah hal utama bagi kehidupan manusia.

 

2 dari 2 halaman

Apakah Riset Ini Berlebihan

Ilustrasi media sosial

Oleh karena itu, jalur otak yang diaktifkan media sosial memang sama dengan narkoba seperti kokain. Namun perlu diketahui bahwa hal tersebut cenderung bermanfaat jika sosialisasi disikapi dengan positif.

Meski demikian, mungkin menyamakan antara kecanduan media sosial dengan kecanduan narkoba terasa berlebihan meskipun memiliki jalur yang sama.

Namun perlu disadari, bahwa kecanduan media sosial harus disikapi lebih jika ada perubahan negatif dalam perilaku, dan secara konsisten mengganggu kegiatan yang tidak produktif.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya