Mendaki Gunung untuk Mengenang Korban Heli Jatuh

Untuk mengenang 4 personel Basarnas Jawa Tengah serta 4 prajurit TNI AL yang gugur dalam tugas kemanusiaan, Basarnas membangun monumen.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 13 Des 2017, 07:01 WIB
Di lereng terjal Gunung Butak, Monumen Kemanusiaan didirikan Basarnas. (foto : Liputan6.com/Basarnas Jateng/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Masih ingat helikopter Basarnas yang jatuh setelah menabrak tebing di lereng gunung Butak, Canggal Temanggung? Kini tempat tersebut didirikan sebuah monumen untuk mengenang empat anggota Basarnas Jawa Tengah dan empat prajurit TNI AL.

Kepala Basarnas Jawa Tengah Noer Isrodin Muchlisin menyebutkan bahwa monumen itu didirikan tepat di titik jatuhnya helikopter Dauphin HR-3602. Berada di ketinggian 1.600 dari permukaan laut.

"Lokasi pembangunan monumen di lereng gunung Butak desa Canggal Kecamatan Candiroto Kabupaten  Temanggung," kata Noer Isrodin Muchlisin, Selasa, 12 Desember 2017.

Untuk mengenang empat personel Basarnas Jawa Tengah serta empat prajurit TNI AL yang gugur dalam menjalankan tugas kemanusiaan, Basarnas membangun tugu monumen peringatan gugurnya pahlawan kemanusiaan tersebut.

Monumen untuk pahlawan kemanusiaan yang dibangun di titik jatuhnya Heli Basarnas selesai dibangun tepat enam bulan sejak peristiwa terjadi. (foto: Liputan6.com/Basarnas/edhie prayitno ige)

Untuk membuka ingatan, sebelum menabrak tebing karena pandangan tertutup kabut, helikopter dan seluruh awak tersebut tengah bertugas memantau arus lebaran. Tiba-tiba ada laporan bahwa kawah Sileri di pegunungan Dieng meletus. Informasi itu membuat panik. Akhirnya, helikopter tersebut langsung diberangkatkan menuju Dieng untuk memonitor perkembangan guna menentukan langkah Basarnas.

"Heli itu sedang dalam misi kemanusiaan menuju Pegunungan Dieng memberi pertolongan sebagai respon letusan kawah Sileri," kata Noer Isrodin.

Dalam kecelakaan helikopter itu, korban ada delapan orang. Masing-masing Kapten Laut Haryanto, Kapten Laut Lu Solihin, Serka Hari Marsono, Peltu Budi Santoso, serta empat anggota Basarnas yakni Maulana Affandi, Nyoto Purwanto, Budi Resti, serta Catur.

 

2 dari 2 halaman

Menolak Lupa

Setelah diserahterimakan, petugas Basarnas jateng berdoa bersama di titik heli jatuh. (foto : Liputan6.com/basarnas jateng/edhie prayitno ige)

Saat itu, helikopter tersebut ditemukan dalam kondisi pecah dan baling-baling terpisah. Jarak tempuh dari Desa Canggal ke lokasi kejadian mencapai 2 jam dengan berjalan kaki melalui jalan setapak menanjak.

Awalnya, helikopter Basarnas itu terbang rendah dan bergoyang tidak stabil, salah satu penumpang melambaikan tangannya. Saat peristiwa itu, warga yang melihat pertama kali helikopter berwarna oranye tersebut langsung mendatangi lokasi kejadian.

Rangkaian kisah sebelumnya, diawali Kawah Sileri meletus pada Minggu 2 Juli 2017 sekitar pukul 12.00 WIB. Letusan terjadi tiba-tiba tanpa ditandai dengan kegempaan. Sebelumnya, kawah Sileri pada April dan Mei 2017 telah terjadi juga letupan freatik skala kecil.

Akibat letusan 2 Juli 2017 itu, 17 orang dirawat di Puskesmas I Batur Banjarnegara. Sebagian besar hanya luka ringan. Namun ada satu orang mengalami luka serius, yakni Muainah (48 tahun), wisatawan asal Desa Sebrang, Kecamatan Paninggaran, Pekalongan.

Tepat enam bulan peristiwa itu, pembangunan monumen sudah selesai dikerjakan. Noer Isrodin menyebutkan bahwa pembangunan tugu monumen itu dimaksudkan agar para personel Basarnas mengingat sahabat-sahabat mereka yang gugur dalam tugas.

Serah terima diikuti oleh 36 petugas Basarnas Jawa Tengah. Mereka tak mengeluh maupun terlihat lelah meski harus mendaki jalan setapak yang licin karena hujan. Saat peresmian, para petugas Basarnas menyempatkan berdoa untuk sahabat mereka yang berpulang dalam tugas kemanusiaan.

"Kami tak akan lupa. Memang ini petaka. Namun petaka ini karena misi kemanusiaan. Insya Allah semua khusnul khatimah," kata salah satu petugas Basarnas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya