Kesenjangan Sosial Antarpekerja Picu Kerusuhan

Kesenjangan sosial dan sistem penggajian yang diberlakukan terhadap pekerja asing dan lokal diduga menjadi pemicu kerusuhan di perusahaan galangan kapal PT Draydock Batam.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Apr 2010, 18:38 WIB
Liputan6.com, Batam: Batam sebagai kota industri memang menggiurkan siapa saja, termasuk pekerja asing yang berasal dari Singapura, Jepang, India, Korea, atau Eropa. Paling rendah, pekerja asing tersebut menduduki jabatan supervisor dengan gaji minimal 1.500 dolar Singapura atau sekitar Rp 10 juta. Sedangkan gaji pekerja lokal jauh lebih rendah.

Sebelumnya, hanya karena dipicu ucapan "stupid" atau bodoh dari seorang supervisor asing terhadap pekerja lokal, Kamis pagi lalu, ribuan orang menghancurkan fasilitas milik perusahaan tempat mereka bekerja, PT Drydocks World Graha, di Tanjunguncang, Batam [baca: Amuk Buruh Batam Dipicu Ketidakadilan].

Rupanya, penghinaan itu hanyalah pemantik dari setumpuk persoalan yang sangat meresahkan, yakni kesenjangan sosial dan sistem penggajian antara pekerja lokal dan pekerja asing. Di perusahaan milik warga Uni Emirat Arab ini, terdapat 172 pekerja asing, 56 di antaranya warga India.

Kini, pemerintah berupaya untuk mengurangi kesenjangan dengan peningkatan kompetensi. Bukan hanya itu, pemerintah juga memberi kesempatan yang sama kepada pekerja lokal untuk bersaing dengan para pekerja asing. Saat ini, jumlah pekerja asing di Batam tercatat 4.490 orang, sedangkan pekerja lokal mencapai 261 ribu orang lebih.(IDS/ADO)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya