Gunungan Gerebek Maulid di Antara Pencari Berkah dan Tolak Bala

Gerebek Maulid menjadi puncak dari acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di Keraton Solo.

oleh Fajar Abrori diperbarui 12 Des 2016, 18:35 WIB
Ribuan warga berebut gunungan Garebek Maulid Nabi yang digelar Keraton Solo, Jawa Tengah, Senin (12/12/2016). (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Ribuan warga berebut gunungan Gerebek Maulid Nabi atau perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang digelar Keraton Solo, Kota Solo, Jawa Tengah. Sebagian dari mereka meyakini bahwa gunungan ini memberi berkah dan tuah.

Warga di berbagai wilayah mulai memadati Masjid Agung, Solo, tempat digelarnya Gerebek Maulid Nabi. Mereka ada di tempat sejak Senin pagi tadi. Mulai dari anak kecil, dewasa hingga usia lanjut menanti tradisi tahunan ini.

Gerebek Maulid menjadi puncak dari acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di Keraton Solo. Peringatan Maulid Nabi sudah dimulai sejak Senin, 5 Desember lalu, dengan tabuhan gamelan Kiai Guntur Madu dan Guntur Sari untuk pertama kalinya.

Prosesi Gerebek Maulud dimulai sekitar pukul 11.00. Iring-iringan dari keraton masuk ke Masjid Agung. Dimulai dari abdi dalem, gamelan, dan terakhir gunungan. Tampak dua pasang gunungan kakung dan estri diarak dalam tradisi itu.

Ribuan warga berebut gunungan Garebek Maulid Nabi yang digelar Keraton Solo, Jawa Tengah, Senin (12/12/2016). (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Begitu sampai di masjid, ulama keraton mendoakan gunungan itu. Doa ini diikuti oleh abdi dalem dan kerabat keraton. Lima menit kemudian, waktunya gunungan itu dirayah atau diperebutkan. Begitu aba-aba terdengar, sepasang gunungan diperebutkan. Sementara, satu pasang gunungan dibawa pulang ke keraton untuk dibagikan kepada abdi dalem.

Ribuan warga berebut gunungan Garebek Maulid Nabi yang digelar Keraton Solo, Jawa Tengah, Senin (12/12/2016). (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Tak sampai lima menit, sepasang gunungan itu ludes. Tua muda dan  pria wanita ikut bersatu dalam rayahan tersebut. Gunungan itu sendiri terdiri dari hasil bumi. Teriakan warga begitu terdengar saat berebut gunungan itu. Senyum mengembang saat beberapa di antara mereka mendapatkan gunungan itu.

Seperti yang dialami oleh Suwarsi, warga Masaran, Sragen. Senyum mengembang saat dirinya mendapat gabah dalam rayahan itu. Ia meyakini bahwa apa yang diperebutkan dalam tradisi ini bisa membawa keberkahan.

"Ya, ini membawa berkah," ucap dia singkat di Keraton Solo. Senin (12/12/2016).

Hal serupa diyakini oleh Painah, warga Kadipiro, Solo. Dalam acara ini, ia mendapatkan ketan dan bakau.

"Ini nanti bisa digunakan untuk tolak bala," tutur dia.

Ribuan warga berebut gunungan Garebek Maulid Nabi yang digelar Keraton Solo, Jawa Tengah, Senin (12/12/2016). (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sementara itu, Kanjeng Pangeran Winarno Kusumo, Wakil Pengageng Sasono Wilopo menjelaskan keberadaan gunungan sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena telah melimpahkan berkah lewat hasil bumi. Ia menerangkan bahwa memang acara rayahan ini diyakini oleh sebagian masyarakat membawa berkah. Lantaran gunungan ini didoakan di masjid.

"Setiap Garebek Maulid ada empat gunungan terdiri dari dua pasangan. Nah yang sepasang itu dibagikan kepada masyarakat, sedangan sepasang lagi dibawa ke keraton untuk dibagikan kepada abdi dalem," Wakil Pengageng Sasono Wilopo, Keraton Solo itu memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya