Menag: Berpuasa dan Tidak Puasa Harus Saling Menghormati

Semua pihak harus lebih mendahulukan tenggang rasa sehingga tidak perlu mengundang pihak lain untuk menempuh cara instan.

oleh Rinaldo diperbarui 05 Jun 2016, 21:00 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengecek persiapan Arafah, Mudzalifah dan Mina (Armina). (Liputan6.com/Wawan Rubiyanto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak semua pihak untuk saling menghormati saat bulan puasa. Orang yang tidak berpuasa harus menghormati mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa, dan sebaliknya orang yang sedang berpuasa juga harus menghormati hak mereka yang sedang tidak berpuasa.

"Jadi harus ada toleransi, saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada pada pihak lain," kata Menag seperti dikutip dari laman Kemenag, Minggu (5/6/2016).

Disinggung soal warung makan yang tetap buka, Menag dalam laman kemenag mengatakan bahwa kalau memang harus buka karena untuk memenuhi kebutuhan sesama warga bangsa yang tidak sedang berpuasa, maka tentu harus dilakukan dengan penuh kearifan. Namun, alangkah baiknya warung itu sebagian ditutup sehingga orang yang berpuasa juga bisa beribadah dengan nyaman.

"Umat beragama apa pun ketika sedang menjalankan ibadah, kita sepantasnya menghormati yang sedang beribadah. Tapi yang sedang menjalankan ibadah pun juga akan sangat baik kalau juga bisa menghargai dan menghormati yang tidak sedang berpuasa," ujar Lukman.

Menurut dia, tidak semua warga Indonesia berkewajiban berpuasa, tergantung agama yang dianutnya. Bahkan yang beragama Islam sekalipun, tidak semuanya berpuasa karena beberapa sebab, antara lain dalam perjalanan (musafir), sedang sakit, wanita yang sedang hamil, menyusui, atau menstruasi dan lainnya.

Membuka warung makan pun menjadi hak orang yang bekerjanya memang sebagai penjual makanan. Apalagi kalau itu adalah satu-satunya mata pencaharian baginya untuk manafkahi keluarga. "Kita kan juga harus mempunyai tenggang rasa dan empati," terang Menag.

Terkait sweeping, Menag berharap seperti tahun lalu, tidak ada yang melakukan sweeping pada puasa tahun ini. Menurut dia, semua pihak harus lebih mendahulukan tenggang rasa sehingga tidak perlu mengundang pihak lain untuk menempuh cara instan apalagi dengan menggunakan kekerasan dan sweeping.

"Jadi tanpa harus sweeping, semua kita bisa saling menghargai antara satu dengan yang lain," tandas Lukman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya