Rupiah Tertekan, Sempat Sentuh 13.550 per Dolar AS

Spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) menjadi faktor penekan rupiah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Mei 2016, 13:50 WIB
Petugas Bank memperlihatkan uang pecahan Rp100.000 dan Rp 50.000, Jakarta, Selasa (29/12). Di pasar spot, Senin (28/12), rupiah melemah tipis 0,08% ke Rp 13.642 per dollar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan sepanjang perdagangan Kamis pekan ini. Spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed) menjadi faktor penekan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/5/2016), rupiah dibuka di angka 13.442 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan posisi penutupan kemarin yang ada di angka 13.380 per dolar AS. Rupiah terus melemah sepanjang hari dan sempat menyentuh angka 13.550 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.439 per dolar AS hingga 13.550 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 1,89 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs ReferensiJakarta InterbankSpot DollarRate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di angka 13.467 per dolar AS. Patokan tersebut turun jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.319 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor dari luar. Beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan perbaikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut mendorong ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.

Risalah dari pertemuan the Fed pada April kemarin yang baru dikeluarkan pada Rabu, menunjukkan pernyataan pejabat Bank Sentral bahwa kenaikan suku bunga pada Juni mungkin terjadi jika data ekonomi tercatat menguat.

"Kami melihat adanya penarikan investor dari beberapa aset-aset di Indonesia sehingga mendorong pelemahan rupiah," Jelas kepala Riset valuta Asing Malayan Banking Bhd, Singapora, Saktiandi Supaat.

Ia melanjutkan, para investor melihat rencana kenaikan suku bunga the Fed tersebut bakal direalsiasikan dalam waktu dekat ini sehingga mereka mengurangi portofolio mereka di negara-negara yang memiliki risiko tinggi seperti Indonesia salah satunya.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, pada perdagangan kemarin rupiah melemah bersamaan dengan mayoritas kurs di Asia. "Hari ini ruang pelemahan terbuka menyusul penguatan tajam dollar index dan penurunan drastis minyak," jelasnya. Investor juga sedang menunggu BI rate ditunggu yang diperkirakan tetap di 6,75 persen. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya