Belajar Bersyukur dari Sosok Pak Likin, Tukang Jahit Keliling

Di usianya yang senja, Pak Likin masih berkeliling menjajakan jasanya. Meski demikian, ia tetap bersyukur. Apa rahasianya?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 10 Apr 2016, 16:55 WIB
Di usianya yang senja, Pak Likin masih berkeliling menjajakan jasanya. Meski demikian, ia tetap bersyukur. Apa rahasianya?

Citizen6, Jakarta - Perjuangan hidup memang berat. Terlebih lagi jika ditanggung seorang diri tanpa adanya pendamping hidup, beban hidup pun makin terasa. Namun tidak bagi Pak Likin. Pria yang sudah berusia 86 tahun ini tetap semangat dalam bekerja untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya.

Beban berat semakin terasa di pundak Pak Likin usai Istrinya meninggal di tahun 1980. Seorang diri, ia membimbing dan membiayai tujuh orang anaknya. Pria kelahiran 15 Oktober 1930 ini sehari-harinya mencari nafkah dengan menjadi tukang jahit permak keliling.

Setiap hari, Pak Likin berangkat dari rumahnya Jl. Magelang KM 4.5 no 50B Yogyakarta, tepatnya di belakang Lingling Cafe. Ia bekerja dari pukul sembilan pagi dan pulang pukul setengah tiga atau terkadang bisa mencapai pukul empat sore sampai rumah. Biasanya Pak Likin mangkal di Pos Kamling RW 02, Jalan Perumnas Mundu depan Nitrous Cafe untuk menunggu para pelanggannya berdatangan.

Bapak tujuh anak ini sering kali mendapat cobaan. Pernah dalam satu minggu ia hanya menjahit tiga atau empat pakaian dengan upah sebesar Rp. 15.000,-. Karena hasil yang kurang untuk menghidupi anak-anaknya itu, Pak Likin pun setiap pagi hari dan usai pulang berkeliling selalu meluangkan waktu untuk mencari botol-botol bekas yang kemudian ia jual supaya menjadi uang.

Selengkapnya, baca langsung di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya