Telegram Kantongi 100 Juta Pengguna Aktif

Selain berhasil mencapai jumlah pengguna ratusan juta, ternyata ada 15 miliar pesan yang dikirim tiap harinya melalui Telegram

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 24 Feb 2016, 12:34 WIB
Logo Aplikasi Telegram

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu aplikasi chatting kenamaan, Telegram, dikabarkan telah berhasil memiliki 100 juta pengguna aktif bulanan sampai saat ini. Informasi tersebut diperoleh langsung dari laman blog milik perusahaan asal Rusia tersebut.

Tak hanya itu, dalam unggahan di laman blog itu, Telegram juga mengungkapkan ada 350 ribu pengguna baru tiap hari yang bergabung di aplikasi tersebut. Dan, ada 15 miliar pesan yang dikirim tiap harinya.

Mengutip informasi dari laman The Verge, Rabu (24/2/2016), dalam beberapa bulan terakhir Telegram diketahui terus mengalami peningkatan pengguna yang cukup signifikan. Sejak Mei tahun lalu, perusahaan ini berhasil menggandeng 38 juta pengguna aktif bulanan.

Namun, jumlah ini memang masih kalah jauh jika dibandingkan dengan perusahaan lain, seperti WhatsApp. Dalam laporan terbaru, aplikasi chatting yang kini dimiliki Facebook tersebut baru saja berhasil mencapai 1 milyar pengguna aktif.

Kendati demikian, Telegram memang dikenal memiliki fokus yang berbeda dengan aplikasi-aplikasi serupa. Perusahaan ini sejak awal sudah memfokuskan diri terkait privasi dan keamanan pengguna.

Aplikasi ini menggunakan sistem enksripsi end-to-end untuk memastikan komunikasi yang dilakukan tidak dapat diketahui pihak lain. Selain itu, Telegram juga memiliki fitur "SecretChat". Fitur ini memungkinkan pesan dapat diatur untuk terhapus secara otomatis dari masing-masing perangkat.

Hanya saja, fitur keamanan yang ditawarkan oleh Telegram sempat menuai masalah. Sebab, ternyata aplikasi ini kerap digunakan oleh anggota kelompok ekstremis ISIS untuk berkomunikasi. Namun ketika itu, Telegram segera bergerak cepat dengan menutup 78 kanal Telegram milik ISIS.

Sekadar informasi, Telegram sendiri pada awalnya dibuat sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah Rusia. Salah satu pendiri Telegram Pavel Durov mengungkapkan bahwa aplikasi ini dibentuk sedemikian rupa agar tidak dapat diakses oleh badan-badan keamanan Rusia.

(Dam/Cas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya