Pengakuan Eks ISIS dari Jerman yang Meloloskan Diri

Eks militan ISIS mengaku memilih penjara Jerman daripada hidup 'mewah' di Suriah.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 04 Agu 2015, 19:30 WIB
Ebrahim B dalam pengakuannya depan sidang di Kejaksaan Federal Jerman (dailymail)

Liputan6.com, Wolfsburg - Ebrahim B ingin sekali menjadi seorang pahlawan. Menurut  kantor Kejaksaan Federal Jerman, Ebrahim bahkan ini mengorbankan dirinya sebagai pelaku bunuh diri untuk ISIS. Ia kini berubah pikiran dan bisa saja ia tetap menjadi pahlawan, yaitu bersaksi di depan publik tentang kebrutalan ISIS.

Menurut pria keturunan Tunisia ini, ia ingin memperingatkan kaum muda Jerman dan negara lain untuk tidak gampang terbujuk dengan bujuk rayu ISIS. Otoritas pemerintah Jerman mengatakan ada sekitar 700  orang muda Jerman bergabung berama ISIS.

Akhir Mei 2014, Ebrahim terbang ke Turki. Di sana ia melintasi perbatasan menuju kota Jarabulus. Di kota itu ia harus menyerahkan paspor dan telepon genggamnya. Namun Ebrahim dicurigai bahwa ia adalah mata-mata Jerman karena Ebrahim adalah anggota Partai Sosial Demokratik Jerman.

Pria berusia 26 tahun ini dijebloskan ke dalam sel bersama seorang asing lain. Di sinilah mimpi buruknya dimulai.

Di dalam sel, ia bisa mendengar suara-suara orang disiksa hingga mati. "Saat menjelang ajal, suara mereka seperti suara kucing terlindas mobil," katanya memanggil ingatan ke situasi penjara tempat ia ditahan di suatu tempat di Suriah.

Setelah itu, para algojo melemparkan kepala dan tubuh yang terpisah ke selnya sebagai peringatan akan mata-mata yang menyusup ke ISIS. Ebrahim berada dalam 'antrean' untuk dieksekusi. Ajaibnya ia bisa lolos dari situ hanya dalam waktu satu bulan.

Ebrahim melarikan diri saat ia menolong seorang  anggota ISIS yang terluka ke Turki. Ia pun berhasil terbang kembali ke Jerman. "Aku lebih memilih dipenjara di Jerman daripada tempat di Suriah yang katanya memberikan kebebasan itu," kata Ebrahim kepada media Jerman yang mewawancarainya seperti dikutip dari The Independent.

"Kalau kamu melihat anak perempuanmu atau anak lakimu jatuh ke skenario seperti aku atau perlahan-lahan menjauh darimu, jangan kau diamkan," nasehat Ebrahim. "Jangan kau diamkan, sediakan waktu untuknya dan katakan bahwa kau adalah keluarganya."

Ia adalah tipikal imigran di Jerman. Orangtuanya datang dari Tunisoia ke Wolfsburg , Jerman, pada 1970-an dan bekerja untuk Volkswagen. Ketika Ebrahim diterima sekolah di Wolfsburg Gymnasium, ia bermimpi mempunyai karier yang bagus.

Sayang, mimpinya kandas. Nilai akademisnya jeblok berakhir di sekolah negeri rendahan. Ia juga bukan pemeluk agama yang baik. Ia mengonsumsi obat-obatan, merokok, dan minum alkohol. Hidupnya berakhir sebagai pemijat.

Kota Wolfsburg terkenal sebagai tempat rekrutan ISIS di Jerman. Ebrahim adalah salah yang berhasil dirayu oleh Yassin Ousaiffi, seorang pria yang sekarang bekerja di Suriah sebagai hakim. Ia merekrut Ebrahim dan sekelompok anak muda Jerman lain di masjid Ditib Wolfsburg.

Ebrahim diiming-imingi mobil mewah dan 4 istri. "Jujur saja, siapa yang tidak mau istri empat? Tapi sekarang, kalau aku direkrut Jamaican rock band atau Hell Angel's dari Amerika, aku lebih memilih mereka daripada 4 istri itu," ungkapnya kepada The Independent.

Ia mengklaim 'terselamatkan' untuk tidak segera dieksekusi berkat Ousaiffi.

Ebrahim ingin kesaksiaannya di sidang diumumkan kepada publik dan dijadikan contoh bagaimana ia diperbodoh oleh ISIS. "Aku bodoh," katanya menutup pembicaraan.

Sejumlah pihak mendukung. "Seluruh Eropa menunggu mereka kembali dan berbicara kepada media serta mematahkan mitos perang suci itu," kata  Peter Neumann, guru besar King's College London.

Senada dengan Susanne Schroter, pengajar dari Universitas Goethe, mengatakan pengakuan Ebrahim dapat menghentikan imajinasi para remaja tentang menjadi bagian kaum militan. "Banyak orang yang ingin jadi pejuang, namun berakhir jadi tukang cuci mobil. Perempuan muda yang mendambakan pangeran sempurnanya, berakhir jadi PSK," kata Sussane kepada DW.  (Rie/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya