Blatter Mundur dari Presiden FIFA

"Mandat saya tampaknya tidak didukung oleh semua orang," begitu kata Blatter sebagaimana dilansir dari BBCSport.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 03 Jun 2015, 00:21 WIB
Ekspresi Presiden FIFA Joseph Blatter pada Kongres tahunan FIFA di Zurich, Swiss. (AFP/Fabrice Coffrini)

Liputan6.com, Zurich - Langkah mengejutkan diambil oleh Presiden incumbent FIFA, Sepp Blatter. Pria 79 tahun asal Swiss itu mundur dari Presiden FIFA pada Selasa 2 Juni 2015 waktu setempat.

Keputusan meninggalkan jabatan yang telah diduduki sejak 1998 itu  diduga karena kasus korupsi yang menimpa institusi pimpinannya. Dalam pernyataan di BBC, FIFA bakal sesegera mungkin menggelar Kongres untuk menentukan Presiden baru.

"Mandat saya tampaknya tidak didukung oleh semua orang," begitu kata Blatter sebagaimana dilansir dari BBCSport.

Blatter resign dari jabatan nomor satu di FIFA sepekan setelah terpilih dalam Kongres FIFA di Zurich, Swiss 29 Mei 2015 lalu. Dalam pernyataan resmi, Blatter telah mencurahkan setengah usianya untuk memajukan Badan sepakbola dunia itu.

"Saya selalu memikirkan jabatan ini. Waktu-waktu saya di FIFA selama 40 tahun telah menjadi bagian dari hidup saya," ujar Blatter.

Dia mencintai FIFA lebih dari apapun dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Karena itu, dia memutuskan tetap maju dalam Kongres pemilihan Presiden setiap empat tahun sekali sejak pertama kali terpilih 17 tahun lalu."Yang paling penting bagi saya adalah FIFA dan sepak bola di seluruh dunia."

Sebelumnya, desakan Blatter agar mundur telah mengemuka jelang Kongres. Presiden Konfederasi Eropa (UEFA), Michel Platini terang-terangan memintanya pensiun.

"Saya mengatakan, 'Sepp, saya ingin berbicara empat mata dengan Anda'. Lalu dia mengatakan, 'Sudah terlambat. Saya tidak bisa tiba-tiba mundur ketika kongres mulai sore ini.'" ujar Platini kepada para wartawan, akhir bulan lalu sebagaimana dilansir Super Sport.

Menurut pemain legendaris Prancis itu, Blatter telah memberikan FIFA imej yang berbahaya. "Tidak mudah mengatakan seorang teman agar pergi tetapi seperti itu ceritanya. Saya mengatakan ini dengan kesedihan, air mata yang menetes. Di sana (FIFA) terlalu banyak skandal."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya