Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta jajaran menterinya melaksanakan rapat membahas transportasi laut. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan salah satu fokus pembahasan adalah mengenai efisiensi di sektor pelabuhan.
"Rapat efisiensi di sektor pelabuhan. Selama ini kan biaya logistik kita sangat mahal. Biaya logistik kita sangat mahal, sekitar 20 persen GDP, kalau kita ingin perbaiki efisiensi ekonomi kita, maka harus perbaiki salah satunya masalah biaya logistik," kata Sofyan, di Istana, Jakarta, Selasa (10/2/2015).
Untuk biaya logistik tersebut, pemerintah menargetkan untuk melakukan pengurangan. Targetnya adalah biaya logistik 19 persen.
"Bila itu terjadi penghematan sekian ratus triliun bagi industri, yang bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih baik," ucap Sofyan.
Mantan Menteri BUMN ini menjelaskan biaya logistik di Indonesia terjadi karena tidak adanya kepastian. Bila ada yang mau impor, pasti ingin barangnya sampai tepat waktu. Namun, di Indonesia hal itu sulit terwujud.
"Di Indonesia karena tidak pasti, karena lamanya di pelabuhan, biaya transportasi dan lain-lain, sehingga orang tidak bisa memprediksi. Kalau mau bikin produk, dia harus taruh banyak inventori. Inventori itu cost sangat mahal. Jadi misalnya inventori itu di Indonesia sampai 30 bahkan 40 hari. Kalau di Malaysia, Singapura cukup 1-2 minggu. Ini hal-hal yang harus diperbaiki," terang Sofyan.
Pemerintah juga akan menerapkan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) untuk menggenjot efisiensi di sektor pelabuhan tersebut. Sofyan mengakui PTSP selama ini hanya jadi wacana semata, tapi di masa pemerintahan Jokowi hal itu akan terwujud.
"Kita Lakukan seperti pola PTSP. PTSP kan selama ini sudah sekian lama mau bikin, pelayanan satu pintu. Tapi tidak berhasil, tapi dengan tegasnya Presiden, sekarang PTSP sudah bisa jalan," ungkapnya. (Silvanus Alvin/Gdn)
Jokowi Gelar Rakor Bahas Efisiensi Sektor Pelabuhan
Pemerintah menargetkan biaya logistik turun menjadi 19 persen dari GDP dari sebelumnya 20 persen dari GDP.
diperbarui 10 Feb 2015, 12:19 WIBBongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Data PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) bongkar muat peti kemas selama 2010 naik 23 persen.(Antara)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 Energi & TambangVale Indonesia Terima Perpanjang Izin Operasi hingga 2035
4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
PN Tanjung Karang Vonis 'Ratu Narkoba' 5 Tahun Kurungan Penjara
Soal Usulan Legalisasi Money Politics, Djarot PDIP: Itu Bentuk Warning, Tentu Kita Tolak
Cuaca Ekstrem Berpotensi Melanda Sebagian Besar Wilayah di Sulut
Ini Skema Pengalihan Arus Kendaraan dan Barang Selama KTT WWF ke-10 di Bali
PDIP Tolak Larangan Jurnalisme Investigasi dalam RUU Penyiaran
Tampil Perdana di Olimpiade Paris 2024, Ini Calon Lawan Terberat Rizki Juniansyah
BTN Salurkan Kredit Rp 345,5 Triliun hingga April 2024
IHSG Ikuti Jejak Bursa Asia, Seluruh Sektor Saham Kompak Menghijau
Naskah Khutbah Jumat: Mewujudkan Keluarga Harmonis sebagai Kunci Bahagia Dunia Akhirat
Hasil PLN Mobile Proliga 2024: Bungkam Electric, Popsivo Amankan Gelar Juara Putaran Pertama
Polisi Ungkap Motif Pelaku Penembakan PM Slovakia Robert Fico
Top 3 Berita Hari Ini: Beredar Foto Acara Meet and Greet Bareng Shin Tae Yong, Gaya Rambutnya Jadi Sorotan