Liputan6.com, Sanaa - Pemberontak Houthi Syiah di ibukota Yaman, Sanaa, menembaki rumah presiden. Hal itu menggoyahkan kesepakatan gencatan senjata yang telah dijalani.
"Rumah presiden ditembaki," tulis Menteri Penerangan Yaman Nadia al-Sakkaf melalui akun Twitter miliknya seperti dikutip dari BBC, Rabu (21/1/2015).
Saat penembakan terjadi, Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dilaporkan berada di dalam rumah. Ia selamat dari maut. Namun tak disebutkan ketika insiden itu ia berada di ruangan mana.
"Presiden berada di dalamnya dan dia dalam keadaan aman," ucap seorang pejabat pemerintah Yaman kepada kantor berita Reuters.
Serangan terhadap kediaman Hadi ini terjadi setelah pemberontak memasuki istana presiden di bagian lain kota itu, sesudah terjadinya konflik dengan pengawal.
Yaman -- yang merupakan sekutu penting Amerika Serikat dalam perang melawan Al-Qaeda di kawasan itu -- mengalami kerusuhan berdarah selama berbulan-bulan. Milisi Houthi yang merupakan umat Syiah berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi bagi daerah mereka, menyerang Sanaa pada bulan September lalu. Meski demikian, gedung kepresidenan di ibukota sampai sejauh ini tidak mereka kuasai.
Gencatan senjata -- yang dilanggar sejak ditetapkan pada Selasa 20 Januari -- disepakati hanya sehari setelah bentrokan sengit berjam-jam antara pasukan Pengawal Presiden dengan kelompok Houthi.
Indonesia Keluarkan Travel Advice
Memanasnya kondisi di Ibukota Yaman Sanaa membuat Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi angkat bicara. Dia menyatakan bahwa KBRI setempat telah mengeluarkan travel advice atau imbauan perjalanan.
"Kita sudah (keluarkan travel advice)," sebut Menlu Retno di Jakarta, Kamis 9 Januari 2015.
"Biasanya begitu ada kejadian yang dilacak adalah apakah ada WNI, baru di situ (di [Yaman]( 2158506 "")) KBRI mengeluarkan alert atau warning advice untuk segera berhati-hati," sambung Menlu Retno. (Tnt/Mut)
Rumah Diberondong Peluru, Presiden Yaman Selamat dari Maut
Saat penembakan terjadi, Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dilaporkan berada di dalam rumah.
diperbarui 21 Jan 2015, 10:05 WIBMilisi Houthi berpatroli di depan Presiden Yaman. (BBC)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Polisi Akui 8 Pembunuh Vina Cirebon Sempat Ubah Keterangan Terkait 3 Tersangka yang Masih Buron
Cannes 2024: Gunakan Gips, Aishwarya Rai Bachchan Tetap Memukau dengan Gaun Hitam Dramatis
Putin dan Xi Jinping Janjikan Era Baru Kemitraan Rusia-China, Bersama Menentang AS
Gunung Ibu Awas, Warga di 4 Desa Kabupaten Halmahera Barat Dievakuasi
BEI Cecar Soal Potensi Penyajian Kembali Laporan Keuangan 2015-2022, PT Timah Jawab Begini
Ajak Nonton Bioskop, Pasutri di Bandar Lampung Kompak Curi Sepeda Motor Teman
Alokasi Pupuk Bersubsidi 2024 di NTT Ditambah, Segini Jumlahnya
Gunung Semeru Lima Kali Erupsi Beruntun pada Jumat Hari Ini, Tinggi Letusan Hampir Satu Kilometer
Syarat dan Cara Daftar KIP Kuliah 2024, Ini Keunggulannya
Buka-bukaan soal Perjalanan Diet, Kelly Clarkson Sukses Turunkan Berat Badan hingga 27 Kg
Microsoft akan Pindahkan 100 Karyawan di Tiongkok ke Negara Lain, Ada Situasi Darurat?
Mantan Presiden hingga Menteri Dicatut Promosikan Obat Nyeri Sendi, Simak Daftarnya