Sukses

Parkinson Bikin Penyandangnya Sulit Kontrol Gerak Tubuh, Ketahui Obat dan Jenis Terapi yang Dibutuhkan

Bukan cuma obat, pasien Parkinson juga membutuhkan terapi termasuk psikoterapi karena rentan stres.

Liputan6.com, Jakarta Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif atau gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerak tubuh.

Americans with Disabilities Act menggolongkan penyakit Parkinson ke dalam salah satu jenis disabilitas karena adanya gangguan motorik yang menghambat kegiatan harian dalam jangka panjang.

Meski begitu, ada pengobatan dan terapi yang dapat dijalankan untuk mempertahankan fungsi tubuh seoptimal mungkin.

Menurut dokter spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk Jakarta, Frandy Susatia, terdapat beberapa jenis obat dan terapi pada penyakit Parkinson, yaitu:

Obat-obatan

Pemberian obat-obatan bertujuan meningkatkan atau menggantikan dopamin dalam tubuh. Pasalnya, Parkinson terjadi ketika zat dopamin yang dihasilkan terus mengalami penurunan hingga 30 persen.

Jenis obat-obatan yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain:

  • Antikolinergik, yang berfungsi untuk mengurangi tremor pada pasien Parkinson.
  • Levodopa, jenis obat ini juga digunakan untuk menangani gangguan gerak tubuh dan tremor.
  • Agonis Dopamin, untuk menggantikan fungsi dopamin di dalam otak pada pasien Parkinson.

Terapi Parkinson

Selain obat, ada pula beberapa terapi yang dianjurkan oleh dokter untuk menangani penyakit Parkinson, yaitu:

Fisioterapi

Fisioterapi bertujuan membantu mengatasi kaku otot dan nyeri di sendi sehingga meningkatkan kemampuan gerak dan kelenturan tubuh.

“Fisioterapi juga bertujuan meningkatkan stamina dan kemampuan pasien dalam beraktivitas sehari-hari secara mandiri,” kata Frandy dalam keterangan pers dikutip Jumat (17/5/2024).

Terapi Wicara

Terapi wicara dapat dianjurkan oleh dokter bila pasien kesulitan berbicara dan menelan air liur atau makanan. Biasanya dokter akan melatih pasien berbicara (berlatih vokal) dan pernapasan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Terapi Lainnya

Psikoterapi

Psikoterapi pada pasien yang juga mengalami depresi atau stres yang sering dialami oleh penyandang Parkinson, dokter akan menganjurkan untuk menjalani terapi dengan psikolog.

Terapi Okupasi

Terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan penderita Parkinson dalam menjalani aktivitas sehari-hari dengan mandiri seperti mandi, berpakaian, berjalan, dan aktivitas keseharian lainnya.

Tujuan terapi ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemandirian hidup pasien agar sebisa mungkin tetap bisa mandiri tanpa bergantung kepada orang lain.

3 dari 4 halaman

Penggunaan Teknologi untuk Bantu Penyandang Parkinson

Seiring berkembangnya teknologi, kini sudah ada tren penggunaan wearable device seperti jam tangan untuk membantu mengontrol aktivitas harian penyandang Parkinson.

Penggunaan jam tangan khusus dapat membantu hal-hal berikut:

  • Mengontrol waktu tidur penyandang Parkinson agar cukup untuk beristirahat.
  • Pengingat dalam jadwal konsumsi obat.
  • Kinatometer yang dapat digunakan untuk menghitung seberapa banyak getaran yang dimiliki untuk membantu dalam kontrol keseharian penyandang Parkinson.
4 dari 4 halaman

DBS untuk Penyandang Parkinson

Selain penggunaan wearable device, Frandy juga menjelaskan sedikit mengenai Deep Brain Stimulation (DBS) yang memiliki fungsi utama untuk mencegah penyandang Parkinson menjadi semakin parah.

DBS adalah sebuah prosedur bedah yang ditujukan untuk mengurangi gejala Parkinson yang tidak terkontrol dengan obat-obatan.

Proses ini melibatkan penanaman elektroda tipis ke dalam area otak yang bertanggung jawab akan kontrol gerakan. Elektroda tersebut dihubungkan dengan sebuah perangkat. Pemilihan pas yang sesuai dan evaluasi yang cermat diperlukan untuk memastikan keberhasilan dan keamanan prosedur ini.

Menurut Frandy, penggunaan DBS dilakukan pada tahap awal seseorang mengalami Parkinson agar penyakit tersebut tidak bertambah parah dan mencapai maksimal benefit dari alat tersebut.

“Jika DBS dilakukan pada pasien tingkat lanjut Parkinson, terdapat risiko tinggi dalam operasi, kualitas hidup pasien juga sudah menurun (tidak bisa bergerak, tidak bisa menelan),” tambah Frandy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.