Setiap Tahun RI Rogoh US$ 3 Miliar buat Impor Elpiji

Konsumsi elpiji nasional mencapai 4,3 juta ton per tahun.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Agu 2014, 17:11 WIB
Ilustrasi Gas Elpiji 12Kg Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan bahan baku elpiji memaksa Indonesia melakuan importasi. Tak tanggung-tanggung, nilai importasi tersebut mencapai US$ 3 miliar.

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, konsumsi elpiji nasional mencapai 4,3 juta ton per tahun. Namun bahan baku yang berasal dari dalam negeri hanya 1,3 juta ton, selebihnya berasal dari luar negeri.

"Elpiji kita 4,3 juta ton per tahun. Produksi dalam negeri 1,3 juta ton, jadi impor 3,1 juta ton," kata Susilo, di Kantor kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (8/8/2014).

Susilo menambahkan, dana yang diperlukan untuk impor elpiji per satu ton mencapai US$ 1.000, sehingga jika setiap tahun Indonesia mengimpor 3,1 juta ton maka biaya yang dikeluarkan per tahun mencapai Rp 3 miliar.

Pertamina  sebelumnya berharap mendapat bahan baku gas elpiji  dari kilang gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) Tangguh Papua, hal ini bertujuan untuk mengurangi impor.

Vice Presiden Elpiji dan Gas Product Pertamina, Gigih Wahyu Irianto, mengatakan, saat ini sumur gas di Indonesia tidak banyak yang mengandung bahan baku elpiji. Hanya sumur gas yang menghasilkan LNG saja yang juga menghasilkan bahan baku elpiji.

Gigih menambahkan, saat ini Pertamina hanya menyedot bahan baku elpiji dari sumur-sumur gas yang produksinya kecil. Karena itu Pertamina berharap mendapat pasokan bahan baku dari sumur penghasil LNG besar, yaitu Tangguh.

"Sudah ada kontrak, Bontang, Tanjung Jabung Conocophilips. LNG bontang menghasilkan elpiji, Tanjung Jabung menghasilkan elpiji setiap ada CNG hasil esktraknya elpiji," tutup dia. (Pew/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya