Sukses

LinkedIn Ikut Tren! Siap Luncurkan Fitur Video Pendek Mirip TikTok di Feed

LinkedIn, platform profesional ternama, tak mau ketinggalan tren! Kabarnya, mereka sedang menguji coba fitur video pendek mirip TikTok untuk meningkatkan interaksi user.

Liputan6.com, Jakarta - LinkedIn kabarnya sedang melakukan uji coba fitur feed video pendek seperti TikTok di dalam aplikasi buatan mereka.

Informasi fitur baru LinkedIn ini dikonfirmasi oleh perusahaan kepada TechCrunch, di mana hal ini semakin memperkuat langkah perusahaan untuk memperkenalkan feed video pendek.

Dilansir TechCrunch, Sabtu (30/3/2024), feed video pendek mirip TikTok di LinkedIn ini ditemukan oleh Austin Null, direktur strategi di agensi bernama McKinney.

Dia pun memposting sebuah video singkat di LinkedIn, memperlihatkan seperti apa bentuk dan letak feed baru tersebut di bilah navigasi aplikasi di tab "Video".

Saat tombol "Video" di tap, pengguna akan masuk ke dalam feed vertikal video pendek yang dapat di geser--seperti di TikTok.

Tak hanya itu, pengguna juga bisa menyukai video, meninggalkan komentar, atau membagikannya kepada orang lain.

Sayangnya, LinkedIn tidak membagikan detail tentang bagaimana caranya menentukan video mana yang tampil di feed milik pengguna.

Walau konten video pendek di media sosial lainnya lebih beragam, feed video pendek di LinkedIn jelas berfokus pada karir dan profesionalme.

Meski pengguna nantinya dapat mengunggah video buatan mereka, feed khusus ini dirancang untuk meningkatkan interaksi user di platform tersebut.

Lalu kapan fitur ini dapat digunakan oleh seluruh pengguna LinkedIn? Perusahaan milik Microsoft ini belum mengungkap kapan fitur baru ini dirilis secara global.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

LinkedIn Bakal Tambahkan Fitur Game di Platform

Ilustrasi LinkedIn. Kredit: 3D Animation Production Company from Pixabay

Di sisi lain, LinkedIn akan menambahkan fitur game berbasis teka-teki ke dalam platform media sosial (medsos) mereka.

Hal ini diungkap lewat unggahan peneliti aplikasi Nima Owj di akun X-nya, sekaligus menyertakan beberapa tangkapan layar beberapa game di LinkedIn.

Dilansir TechCrunh, Selasa (19/3/2024), skor karyawan atau pengguna akan mempengaruhi peringkat perusahaan tempat mereka bekerja dalam permainan.

Disebutkan, platform medsos para pencari kerja tersebut sedang mengerjakan beberapa game, seperti "Queens", "Inference", dan "Crossclimb".

Walau sudah dikonfirmasi sedang mengembangkan game yang terintegrasi dengan LinkedIn, perusahaan belum mengungkap kapan fitur baru LinkedIn ini akan muncul secara global.

Selain itu, belum diketahui apakah game teka-teki tersebut akan tersecara secara penuh untuk pengguna gratis, atau hanya tersedia untuk pelanggan berbayar LinkedIn.

3 dari 4 halaman

Analisis LinkedIn Ungkap Karyawan Apple yang Resign Banyak Pindah ke Google

LinkedIn menghadirkan LinkedIn Lite yang membuat akses anti lemot dan lebih hemat data (Sumber: LinkedIn)

Sebuah analisis terkait profil LinkedIn mengungkap tren perpindahan karyawan di perusahaan-perusahaan teknologi.

Berdasarkan analisis LinkedIn, terungkap kalau Google jadi destinasi alias tujuan berlabuhnya mantan karyawan Apple yang sudah resign.

Mengutip Tech Times, Sabtu (25/11/2023), analisis ini dilakukan oleh Switch on Business. Di mana, studi ini berdasarkan profil-profil di LinkedIn yang terhubung dengan sejumlah perusahaan raksasa teknologi.

Pencarian komprehensif mengenai Google, Amazon, Apple, Meta, Microsoft, IBM, Tesla, Oracle, Netflix, Nvidia, Salesforce, Adobe, Intel, dan Uber dilakukan dengan fokus untuk mengidentifikasi karyawan-karyawan di perusahaan ini dan afiliasi profesionalnya.

Rupanya, mereka yang baru bergabung dengan Apple sebagai karyawan, sebagian juga pernah bekerja di Intel, Microsoft, dan Amazon. Apalagi, akuisisi bisnis modem smartphone Intel pada 2019 memegang peran kunci dalam lanskap rekrutmen Apple.

Sementara untuk karyawan Apple yang mengundurkan diri, mereka paling banyak memilih pindah ke Google sebagai tujuan utama. Ini mengungguli pilihan lain seperti Amazon dan Meta.

Menurut 9to5Mac, adapun daftar tujuan kerja utama mantan karyawan Apple meliputi Google, Meta, Amazon

4 dari 4 halaman

Apple Rekrut Sedikit Karyawan yang Dulunya Kerja di Perusahaan Teknologi

Ilustrasi Rekan Kerja yang Toxic Credit: unsplash.com/Linkedin

Sementara terkait rekrutmen Apple, temuan menarik survei ini menunjukkan bahwa Apple merekrut presentase tenaga kerja yang relatif kecil dari raksasa teknologi lain, yakni hanya sekitar 5,7 persen.

Ini berbeda dengan pesaing utama mereka seperti Meta (26,5 persen), Google (25,1 persen), dan Salesforce (20,7 persen).

Seiring dengan perkembangan teknologi yang lebih cepat, LinkedIn disebut juga beradaptasi dengan perubahan besar, terutama terkait AI atau kecerdasan buatan.

Pada awal bulan, situs jejaring sosial profesional ini juga meluncurkan fitur AI yang membantu pengguna meningkatkan keterlibatan dan penciptaan konten. Meski begitu, fitur tersebut hanya tersedia untuk pengguna Premium.

Langkah ini bagaimana pun jadi hal maju bagi perusahaan, dengan menyediakan tool AI yang bisa membantu pengguna terhubung dengan profesional lainnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini