Sukses

Microsoft Desak Pemerintah AS Bentuk Agen Khusus untuk Atur AI

Microsoft mendesak pemerintah federal Amerika Serikat (AS) untuk membuat agensi baru yang secara khusus berfokus pada pengaturan AI.

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft mendesak pemerintah federal Amerika Serikat (AS) untuk membuat agensi baru yang secara khusus berfokus pada pengaturan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Pada pidato di Washington, DC yang dihadiri oleh beberapa anggota Kongres dan organisasi non-pemerintah, wakil ketua dan presiden Microsoft Brad Smith mengatakan aturan hukum dan komitmen terhadap demokrasi telah menjaga teknologi pada tempat yang semestinya, termasuk AI.

Bagian lain dari 'cetak biru' Microsoft untuk mengatur AI melibatkan mandat 'pemutus sirkuit' AI yang dianggap melcenceng, sebuah fail-safe yang memungkinkan algoritma dimatikan dengan cepat. Demikian menurut laporan Bloomberg, sebagaimana dikutip dari Engadget, Sabtu (27/5/2023).

Smith juga menyarankan agar Presiden Joe Biden membuat dan menandatangani perintah eksekutif yang mengharuskan kerangka kerja manajemen risiko National Institute of Standards and Technology (NIST), diikuti oleh lembaga federal mana pun yang terlibat dengan alat AI.

Dia menambahkan Microsoft juga akan mematuhi pedoman NIST dan menerbitkan laporan AI tahunan untuk transparansi.

Seruan Microsoft untuk regulasi mengikuti pernyataan serupa dari OpenAI dan Google. CEO OpenAI Sam Altman bersaksi di depan Kongres bahwa 'entitas baru' diperlukan untuk mengatur AI dan merekomendasikan 'audit independen'.

Namun, Altman sebelumnya menyarankan menarik OpenAI dari Uni Eropa jika perusahaan tidak setuju dengan kebijakan baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko dan Bahaya AI

Kent Walker, CEO President of Global Affairs untuk Google dan Alphabet, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menyerukan upaya berbasis luas--di seluruh pemerintahan, perusahaan, universitas, dan banyak lagi--untuk membantu menerjemahkan terobosan teknologi menjadi manfaat yang tersebar luas, sambil memitigasi risiko.

Kekhawatiran tentang AI juga menyebabkan orang menjauh dari perkembangannya. Mantan VP Google dan rekan teknik Geoffrey Hinton, yang biasa disebut sebagai "The Godfather of AI", secara khusus mengundurkan diri pada April 2023 untuk secara terbuka memperingatkan tentang risiko AI.

CEO Tesla sekaligus mantan CEO Twitter Elon Musk juga sangat vokal tetapi juga memperhatikan pengembangan AI. Dalam konferensi di London baru-baru ini, ia mengingatkan risiko AI.

Menurut Elon Musk, secara umum teknologi memiliki kemungkinan untuk mengontrol manusia. Oleh karenanya, manusia harus hati-hati mengenai seberapa jauh potensi pengembangan AI.

Mengutip Gizchina, Jumat (26/5/2023), secara khusus Elon Musk mengklaim bahwa AI mungkin bisa mengendalikan manusia di masa depan.

Meski hal itu mungkin tidak akan menghancurkan dunia, tetapi merupakan sebuah kemungkinan dan dunia harusnya tidak mengabaikannya begitu saja.

Elon Musk juga mengklaim AI dapat mengambil alih, "semua keamanan manusia" sehingga menjadikan dirinya semacam "pengasuh super".

"Kecerdasan buatan tingkat lanjut berisiko menghilangkan atau membatasi perkembangan manusia. Superintelligence adalah 'pedang bermata dua'. Jika Anda memiliki jin yang dapat memberdayakan dengan apa saja, itu bahaya," kata Elon Musk.

 

3 dari 4 halaman

Mewaspadai Teknologi AI

Sekadar informasi, beberapa perusahaan Elon Musk saat ini tengah mengembangkan AI, namun ia mengaku selalu mewaspadai teknologi tersebut. Pada Maret lalu, ia menandatangani surat terbuka yang menyerukan moratorium pengembangan kecerdasan buatan tingkat lanjut.

Kini, Tesla banyak menggunakan teknologi AI dalam produknya. Faktanya, setelah menghubungkan Microsoft dengan OpenAI seperti halnya Google dengan DeepMind harus ada perusahaan ketiga yang ikut bersaing.

"Perlu ada perusahaan ketiga yang berkompetisi, OpenAI dan Microsoft tampaknya bekerja dengan baik, jadi X.AI (perusahaan AI Elon Musk) dan Twitter serta Tesla juga memiliki masa depan," kata Elon Musk.

Mantan CEO Google, Eric Schmidt, juga memperingatkan hal serupa tentang pengembangan AI. Ia mengklaim konsekuensi pengembangan AI bisa merusak kemanusiaan.

Menurut Schmidt, seiring pengembangan AI selama beberapa tahun, ia merasa AI memiliki dampak bahaya pada kemanusiaan dan memiliki kemungkinan "membuat banyak, banyak, banyak orang terluka atau bahkan terbunuh."

"Ada skenario, bukan hari ini tapi segera, sistem ini bisa menemukan eksploitasi zero day di dunia maya atau menemukan jenis biologi baru. Sekarang, ini adalah fiksi hari ini, tetapi alasannya mungkin benar… Dan ketika itu terjadi, kami ingin siap mengetahui bagaimana memastikan hal-hal ini tidak disalahgunakan oleh orang jahat," ujar Schmidt.

 

4 dari 4 halaman

Infografis film dengan tema kehancuran bumi di masa depan (Triyasni/Liputan6.com)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini