Sukses

Usai Diretas, Riot Games Peringatkan Pemain soal Cheat Game Baru

Menurut Riot Games, source code untuk LoL dan TFT, serta versi lama dari platform anti-cheat perusahaan, telah diekspos dalam serangan siber oleh kelompok yang tak diungkap namanya itu

Liputan6.com, Jakarta - Riot Games memperingatkan para pemain game-nya terhadap munculnya berbagai cheat baru, usai mereka menjadi korban peretasan beberapa waktu yang lalu.

Riot mengatakan source code untuk League of Legends (LoL) dan Teamfight Tactics (TFT), telah dicuri dalam serangan siber, di samping kode untuk salah satu platform anti-cheat-nya.

Riot melalui Twitter sebelumnya menyebut, serangan awal pekan ini sebagai "serangan rekayasa sosial" dan meyakinkan pemain, mereka akan memberikan pembaruan tentang situasi ini setelah penyelidikan.

Menurut pengembang game Valorant itu, source code untuk LoL dan TFT, serta versi lama dari platform anti-cheat perusahaan, telah diekspos dalam serangan siber oleh kelompok yang tak diungkap namanya itu.

Mengutip The Verge, Kamis (25/1/2023), Riot juga mengatakan mereka menerima email tebusan dari pelaku serangan siber, namun tidak akan membayarnya.

Riot mengatakan bahwa mereka tetap "yakin bahwa tidak ada data pemain atau informasi pribadi pemain yang dikompromikan" dalam pelanggaran tersebut.

Namun, Riot Games juga mengakui bahwa source code yang diperoleh penyerang dapat menghasilkan cheat baru yang dikembangkan untuk League of Legends dan TFT.

"Sejujurnya, paparan kode sumber apa pun dapat meningkatkan kemungkinan munculnya cheat baru," kata Riot Games.

"Sejak serangan itu, kami telah bekerja untuk menilai dampaknya terhadap anticheat dan bersiap untuk menerapkan perbaikan secepat mungkin jika diperlukan," Riot Games menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berisi Fitur Eksperimental

Source code yang diperoleh penyerang juga berisi sejumlah fitur eksperimental, beberapa di antaranya kemungkinan tidak akan pernah dirilis ke publik.

"Meski kami berharap beberapa dari mode permainan ini dan perubahan lainnya pada akhirnya akan tersedia bagi para pemain, sebagian besar konten ini masih dalam bentuk prototipe dan tidak ada jaminan konten ini akan dirilis," kata Riot.

Riot Games kembali menambahkan, beberapa rilis konten mungkin tertunda karena terdampak penyelidikan yang sedang berlangsung. Perusahaan belum menyebutkan judul mana yang terdampak.

Meski begitu, Riot mengatakan akan merilis laporan lengkap mengenai rincian teknik yang digunakan oleh penyerang, selain bagaimana keamanan perusahaan gagal dan langkah apa yang akan diambil untuk mencegah serangan serupa terjadi lagi.

3 dari 4 halaman

Riot Games Jadi Korban Peretasan

Diketahui, Riot Games, pengembang dan penerbit gim Valorant dan League of Legends mengonfirmasi telah menjadi korban peretasan oleh pihak tak dikenal.

Perusahaan berbasis Los Angeles, Amerika Serikat itu mengungkap insiden peretasan oleh hacker tersebut lewat cuitan di akun Twitter resmi mereka pada Jumat malam waktu setempat.

Menanggapi hal tersebut, perusahaan berjanji untuk meng-update informasi yang ditemukan selama proses penyelidikan berlangsung kepada pemain setianya.

"Awal minggu ini, sistem pengembangan gim kami telah disusupi oleh hacker dengan metode rekayasa sosial (social engineering), tulis Riot Games, dalam cuitannya, Minggu (22/1/2023).

Perusahaan menambahkan, "Saat ini mereka masih belum memiliki semua jawaban, tetapi kami menjamin tidak ada indikasi data pemain atai informasi pribadi dicuri hacker."

4 dari 4 halaman

Berdampak pada Kemampuan Update

Riot Games juga menyebutkan, peretasan ini berdampak langsung pada kemampuan mereka untuk merilis patch keamanan untuk sejumlah gim online saat ini.

"Kejadian ini mempengaruhi kemampuan kami merilis konten atau update keamanan di dalam gim. Sementara tim bekerja keras mengatasi masalah ini," kata Riot Games.

Aksi peretasan yang dialami Riot Games ini terjadi setelah 2K Games, penerbit video game besar lainnya, mengatakan fitur helpdesk mereka diretas pada September 2020.

Pada kala itu, hacker mampu menginfeksi pengguna 2K Games dengan malware. Sebulan kemudian, 2K mengirim email peringatan ke pengguna terkait data mereka telah dicuri dan dijual secara online.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.