Sukses

Ilham Habibie: AI, Big Data, dan Machine Learning Bikin Digitalisasi Lebih Bernilai

Untuk mengolah data agar memiliki nilai seperti halnya minyak, Ilham Habibie menyinggung mengenai peran penting teknologi Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Machine Learning.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menyikapi situasi pandemi covid-19 dan meningkatkan kinerja di era new normal, inovasi dan akselerasi transformasi digital perlu dilakukan semua pelaku industri, lembaga, dan pemerintah.

Hal tersebut juga sekaligus sebagai upaya mempersiapkan diri memasuki era Revolusi Industri 4.0 dan meningkatkan daya saing di kancah global. Dalam keynote speech-nya di ajang penghargaan Top Digital Awards 2022, Ilham Akbar Habibie selaku Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional, menilai pentingnya transformasi digital, baik di sektor bisnis maupun pemerintahan.

"Tidak bisa dipungkiri kalau kita sudah sepenuhnya masuk ke era digital. Namun demikian, semenjak kita melalui pandemi, kita merasakan dampak sepenuhnya dengan adanya keterbatasan kita dalam bergerak, bekerja, dan bertemu dengan yang lain. Ternyata, banyak hal bisa disubstitusikan dengan digital,” kata Ilham Habibie, dikutip Sabtu (17/12/2022).

Menurutnya, digitalisasi substansinya adalah teknologi yang diterapkan untuk memperbaiki modus dan proses kerja secara keseluruhan, baik dari segi biaya, kecepatan, dan juga kualitas.

“Saya kasih contoh, kita ini baru beralih dari analog TV ke digital, itu harapannya ke depan adalah signalnya tentu lebih bagus, kemudian kita juga bisa dapat lebih banyak channel, dan para pelanggan (pemirsa) dapat layanan yang jauh lebih baik daripada dengan analog. Jadi, dengan adanya teknologi digital kita mendapatkan satu kualitas layanan yang lebih baik,” ujarnya.

Bicara soal digitalisasi, kata Ilham Habibie, berarti juga akan menyinggung soal data dalam bentuk digital.

“Kita mungkin sering mendengar semboyan yang mengatakan bahwa ‘data is the new oil’. Dalam hal ini, data akan punya nilai jika data tersebut berada dalam bentuk digital," ia menambahkan.

Menurut Ilham, dengan digitalisasi, data memiliki potensi untuk bisa diolah dan bisa menjadi sesuatu yang punya nilai berlebih.

"Itu (data) yang sebetulnya sama seperti minyak. Jika kita produksi minyak dalam bentuk mentah, dia tidak punya nilai, tetapi harus melalui proses untuk menjadi bahan bakar, plastik, menjadi pupuk, dan sebagainya," .

Untuk mengolah data agar memiliki nilai seperti halnya minyak, Ilham juga menyinggung mengenai peran penting teknologi Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Machine Learning untuk mengetahui pola-pola yang ada pada data tersebut.

”Kadang kita sudah melihat polanya, dan kita dengan cepat bisa mengerti datanya, tapi terkadang datanya terlihat sangat acak sehingga kita memerlukan satu mesin untuk mengerti pola atau membuat pola terlebih dahulu. Dengan demikian kita dapat mengerti bagaimana kita harus menginterpretasikan data,” Ilham memungkaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Studi: 57 Persen Pengambil Keputusan TIK Akan Tingkatkan Adopsi AI

Di sisi lain, perusahaan manajemen TIK bagian dari Zoho Corporation, ManageEngine, mengumumkan hasil studi globalnya yang bertajuk "TIK di Tempat Kerja: 2022 dan Selanjutnya".

Terungkap, menurut hasil studi tersebut, 78 persen pembuat keputusan TIK (IT Decision Maker-ITDM) menyatakan organisasi mereka telah berhasil menuntaskan desentralisasi infrastruktur TI.

Tim TIK pada dasarnya memainkan peran penting dalam mendorong penciptaan nilai dan inovasi di semua departemen Karena organisasi bertujuan untuk meningkatkan operasi bisnis mereka.

Lebih lanjut dalam laporan tersebut, 72 persen ITDM mengakui bahwa desentralisasi bermanfaat dalam menjadikan peran TIK di organisasi lebih dikenal atau diakui.

Sementara 66 persen mengatakan bahwa itu akan mendorong pertumbuhan profesionalitas melalui peningkatan keterampilan.

Namun, para responden juga memaparkan bahwa kekhawatiran utama saat memulai proses demokratisasi TIK adalah tentang upaya mempertahankan tingkat keamanan TIK (58 persen), tingkat kualitas (50 persen) dan struktur peraturan (43 persen).

Saat dimintai sikap tentang bagaimana TIK akan berkembang dalam lima tahun ke depan, 57 persen ITDM menyebut bahwa organisasi mereka akan meningkatkan adopsi solusi-solusi berbasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Big Data, dan Cloud.

Selain itu, 63 persen ITDM merasa perlu untuk memfokuskan tim mereka guna memastikan operasional teknologi secara lancar dan efisien di dalam organisasi mereka.

3 dari 4 halaman

Lebih Demokratis

Arun Kumar, Direktur Regional APAC di ManageEngine, berkata bahwa tren yang ada saat ini membuat TIK menjadi lebih demokratis, sehingga memungkinkan staf membuat keputusan secara lebih baik, yang akan mendorong operasional secara lebih efisien dan produktif.

"Peran ITDM telah menjadi lebih sentral dalam mengidentifikasi teknologi yang sesuai dan memastikan bisnis mereka mematuhi pedoman privasi dan keamanan," ujar Kumar.

Dengan menjadikan ITDM sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan eksekutif, menurut Kumar, organisasi menciptakan lanskap TIK yang lebih kuat dan fungsional, serta memastikan solusi tepat dan terbaik untuk "memaksimalkan efisiensi, mengamankan sumber daya penting, serta mempertahankan keberlanjutan dan daya saing secara jangka panjang."

Temuan kunci lainnya dari studi ManageEngine:

  • Delapan puluh persen ITDM Indonesia menyatakan bahwa organisasi mereka seharusnya lebih mendukung mereka dalam dua tahun terakhir.
  • Sembilan puluh satu persen pembuat keputusan setuju bahwa TIK dapat mendorong inovasi yang lebih besar jika memiliki posisi kepemimpinan yang lebih kuat.
  • Sembilan puluh tujuh persen dari semua pembuat keputusan di Indonesia percaya bahwa departemen TIK dan jajaran pemimpin eksekutif organisasi (C-suite) bekerja sama dengan baik atau bahkan sangat baik.
  • Lima puluh lima persen pembuat keputusan mengatakan bahwa departemen TIK mereka memainkan peran penting dalam menerapkan kebijakan keberlanjutan organisasi mereka. Ini lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 37 persen.
4 dari 4 halaman

Infografis Intip Data Kartu Kredit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.