Sukses

Riset UI Ungkap Manfaat Esports bagi Kepribadian Pelajar

Menurut penelitian UI, dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain game kompetitif atau esports, bisa jadi sarana aktualisasi diri, sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter

Liputan6.com, Jakarta - Bermain game kompetitif dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadiannya. Hal ini dilaporkan dalam sebuah riset yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) dan Mabar.

Menurut penelitian, dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain game kompetitif atau esports, bisa jadi sarana aktualisasi diri, sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter, serta mendorongnya menjadi pelajar Pancasila.

Studi bertajuk Esports Students Athlete Research ini digelar oleh Tim Cognition, Affect, and Well-Being Laboratory (CAW Lab) Fakultas Psikologi UI bersama MABAR.com, platform gim kompetitif khusus pelajar.

Riset dlakukan dengan membandingkan tiga kelompok pelajar: gamers kompetitif, gamers kasual, dan non-gamer.

Ketiga kelompok ini mendapatkan tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, dimana ditemukan, kecenderungan bahwa pemain game kompetitif lebih baik daripada pemain game kasual.

"Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama dimana pelajar competitive gamer lebih unggul dibandingkan grup lainnya," kata Dr. Dyah T. Indirasari, M.A, psikolog dan Ketua Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi UI.

Dalam pemaparan hasil riset di Jakarta pada Kamis pekan lalu, Dyah mengungkapkan, aspek yang unggul pertama adalah kontrol respon yang membuat orang lebih fokus. Aspek kedua adalah akurasi yang jauh lebih tinggi.

"Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Dan, keempat adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres," kata Dyah seperti dikutip dari siaran pers, Senin (5/9/2022). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bekal yang Kuat

Ketua CAW Lab Fakultas Psikologi UI Agnes Nauli S.W. Sianipar, M.Sc., Ph.D. menambahkan, aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu.

Menurut Agnes, aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons, juga merupakan hal yang mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik.

Selain itu, hasil riset turut menunjukkan esports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar. Kemampuan ini paling menonjol ditunjukkan oleh grup pelajar competitive gamers dibandingkan kedua grup lainnya.

Agnes mengatakan, saat ini terdapat anggapan bahwa generasi muda sekarang adalah generasi yang lembek. Meski begitu, menurutnya, mereka menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar.

"Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di esports," kata Agnes.

"Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports," imbuhnya. Penelitian juga menemukan, gamers kompetitif menggunakan esports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas.

Dyah menjelaskan, dalam fase perkembangan psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif, karena dapat mewadahi kebutuhan aktualisasi diri termasuk melalui esports.

 

3 dari 4 halaman

Keunggulan Game Kompetitif

Sementara, Aziz Hasibuan, CEO dan Co-Founder Mabar.com mengatakan, wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orangtua maupun guru terkait dampak bermain game. Kata Aziz, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain game secara kompetitif dan kasual.

Dalam game kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, dan mengasah akurasi, dimana aspek-aspek tersebut dinilai kurang terasa pada pemain kasual.

Aziz pun merekomendasikan, berdasarkan riset ini, sekolah dapat melakukan intervensi pada minat bermain game pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete.

"Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan," kata Aziz.

Hasil riset Mabar Esports Student Athlete Research juga mengklaim, kekuatan karakter-karakter positif pada grup pelajar competitive player dapat menjadi fondasi pembentukan profil Pelajar Pancasila.

Menurut peneliti, ini sesuai Visi Kemendikbud 2020-2024 dengan enam elemen profil, yaitu Bernalar kritis; Kreatif; Mandiri; Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia; Bergotong royong; dan Berkebinekaan global.

 

4 dari 4 halaman

Manfaat Esports Bagi Pelajar

Zhafrano Wira yang merupakan student athlete esports mewakili sekolahnya, mengatakan telah bermain gim sejak duduk di bangku kelas 6 SD.

Siswa kelas X SMAN 68 Jakarta ini mengatakan, dirinya melihat game kompetitif atau esports dari YouTube dan mulai mencoba bermain. Namun, ia pernah mendapatkan hukuman berupa penyitaan HP selama tiga hari karena dianggap telah main secara berlebihan.

Meski begitu menurut Wira, bermain game membawa hal baik untuk dirinya. Bermain gim kompetitif melatihnya berkomunikasi baik dalam tim, kerja sama tim, melatih ego atau self control, dan mengajarkan mengatur waktu dengan baik.

Wira pun mengaku sudah mendapatkan dukungan dan arahan dari orangtuanya untuk hobinya tersebut.

"Walau cita-cita saya kelak saat lulus SMA adalah mengikuti akademi kepolisian, namun saya membuat skala prioritas, yang utama adalah akademik (sekolah)," pungkasnya.

(Dio/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.