Sukses

Beli Startup MicroLED, Google Akan Bikin Headset AR Terjangkau

Google telah mengakuisisi Raxium, startup pembesut teknologi MicroLED yang dapat menjadi kunci dalam membangun generasi baru headset AR.

Liputan6.com, Jakarta Google telah mengakuisisi Raxium, startup pembesut teknologi MicroLED yang dapat menjadi kunci dalam membangun generasi baru headset augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality (MR). Hal ini dikonfirmasi oleh bos hardware Google Rick Osterloh.

Sebelumnya, Google mengakuisisi pembuat kacamata North pada 2020, dan dilaporkan mempekerjakan engineers untuk membangun sistem operasi AR.

Pada Januari 2022, Google Labs dilaporkan sedang membangun headset AR yang disebut "Project Iris," di bawah manajemen yang sama dengan demo obrolan video resolusi tinggi Project Starline yang ditampilkan selama acara I/O tahun lalu.

Ketika The Information pertama kali melaporkan pembelian Raxium oleh Google pada bulan lalu, tercatat bahwa teknologi MicroLED dapat berguna untuk membangun tampilan AR yang lebih hemat energi, tetapi tetap terlihat berwarna.

Selain itu, Raxium sedang mengerjakan 'integrasi monolitik' untuk MicroLED, yang menurut laporan The Information terbuat dari jenis silikon yang sama untuk sebagian besar prosesor, sehingga berpotensi menurunkan harga secara signifikan.

Perusahaan lain yang mengerjakan perangkat keras MicroLED AR termasuk Oppo, Apple, dan Vuzix. Demikian sebagaimana dilansir The Verge, Jumat (6/5/2022).

Di sisi lain, Microsoft telah meluncurkan perangkat augmented reality bernama HoloLens. Sementara Apple, Meta, Snap, dan kawan-kawan dilaporkan berinvestasi besar-besaran untuk membuat perangkat keras mereka sendiri yang menggabungkan batasan antara dunia nyata dengan dunia digital.

Menurut situs web resmi Raxium, layar Super AMOLED pada ponsel kebanyakan memiliki pitch piksel (jarak antara pusat satu piksel, dan pusat piksel lain di sebelahnya) sekitar 50 mikron.

Sedangkan MicroLED Raxium dapat mengatur sekitar 3,5 mikron. Solusi ini terbilang membanggakan karena mampu melahirkan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Osterloh mereferensikan ukuran dan efisiensi dalam posting blognya tentang teknologi tampilan masa depan yang mungkin dibangun Raxium.

Dia mengatakan perusahaan akan bergabung dengan tim Perangkat & Layanan Google, dan keahlian teknisnya di bidang ini akan memainkan peran kunci saat perusahaan terus berinvestasi di perangkat keras.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Google Hapus 1,2 Juta Aplikasi Android dari Play Store

Sebelumnya, Google semakin serius untuk memberantas maraknya peredaran aplikasi berbahaya, dan pengembang bermasalah di layanan Play Store.

Menurut laporan Neowin, raksasa mesin pencari itu sedang meningkatkan privasi dan keamanan lebih baik lagi di Play Store.

Mengutip laporan Neowin, Minggu (1/5/2022), Google telah menonaktifkan semua aplikasi pihak ketiga yang memiliki kemampuan untuk merekam panggilan pengguna.

Perusahaan juga mengungkap bagian "data safety" di aplikasi, dan mengharuskan pengembang untuk memberikan informasi tentang data yang mereka kumpulkan dan tujuannya.

Selain itu, Google juga mengungkap data telah memblokir 190 ribu akun pengembang aplikasi berbahaya dan spam pada tahun 2021 saja.

Mereka menyebutkan, telah menghapus sekitar 1,2 juta aplikasi dari toko digital milik mereka karena telah melanggar kebijakan Google Play.

Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, ini juga telah menutup lebih dari 500 ribu akun pengembang yang tidak aktif di Google Play Store.

Keinginan Google untuk menjadikan Play Store lebih aman bagi pengguna tablet dan HP Android. Salah satunya dengan bagian "Data Security".

Ini adalah kebijakan aplikasi paling utama bagi pengembang, dan sebagai upaya untuk menyediakan SDK lebih aman kepada miliaran konsumen saat membuat aplikasi mereka.

Untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna, Google juga akan mulai membatasi aplikasi lama di Google Play Store.

Google menjelaskan, mulai 1 November 2022, aplikasi yang tidak menggunakan API baru dua tahun setelah OS Android dirilis tidak akan muncul di pencarian.

Aplikasi apa pun yang termasuk dalam kategori tersebut akan keluar dari Play Store mulai 1 November.

Pengguna yang meng-update perangkat mereka secara teratur “diharapkan akan menyadari potensi penuh dari semua perlindungan privasi dan keamanan yang ditawarkan Android”.

3 dari 5 halaman

Google Bakal Hapus Informasi Pribadi dari Hasil Pencarian

Di sisi lain, Google kini mengizinkan pengguna untuk meminta data pribadinya dihapus dari hasil pencarian. Namun, sebelumnya Google hanya mengabulkan permintaan pengguna untuk menghapus data pribadi mereka dalam kasus doxxing dan penipuan keuangan.

Mengutip Gizchina, Sabtu (30/4/2022), belum lama ini Google mempublikasikan unggahan yang menyatakan, pihaknya akan memperbarui kebijakannya.

Dalam unggahan blog, Google menulis, "Pengguna kini bisa meminta penghapusan jenis informasi tambahan ketika mereka menemukannya di hasil Penelusuran/Search, termasuk informasi kontak pribadi seperti nomor telepon, alamat email, atau alamat fisik."

Kebijakan ini juga memungkinkan penghapusan informasi tambahan yang dapat menimbulkan risiko pencurian identitas seperti kredensial login rahasia yang ternyata muncul di hasil Pencarian Google.

Berikut informasi yang bisa dipertimbangkan Google untuk dihapus dari hasil pencarian:

1. Nomor Identitas dari negara seperti nomor jaminan kesehatan atau nomor informasi pajak.

2. Nomor NIK

3. Nomor rekening

4. Nomor kartu kredit

5. Gambar dengan tanda tangan di dalamnya

6. Gambar foto identitas

8. Rekam data rahasia, seperti data medis

9. Informasi kontak personal seperti alamat fisik, nomor telepon, alamat email

10. informasi login rahasia

4 dari 5 halaman

Informasi yang Bisa Dihapus Ketika Kena Doxxing

Sementara dalam kasus doxxing, pengguna bisa meminta penghapusan informasi jika memenuhi hal berikut:

- Informasi kontak ditampilkan

- Adanya upaya ancaman baik langsung atau tersirat

- Adanya ajakan untuk menyakiti pengguna, baik langsung atau tersirat.

Oleh karena itu, jika pengguna menemukan beberapa informasi sensitif tentang si pengguna yang muncul di hasil pencarian Google, pasalnya pengguna bersangkutan bisa meminta penghapusan informasi pribadi ini.

Untuk melakukannya, pengguna harus mengunjungi halaman dan mengisi aplikasi yang dibutuhkan.

Setelah dikirimkan, pengguna akan mendapaykan konfirmasi email otomatis. Google kemudian meninjau permintaan pengguna berdasarkan persyaratan yang disebutkan di atas.

Pengguna harus mempertimbangkan bahwa dalam beberapa kasus, Google mungkin saja meminta lebih banyak informasi jika permintaan awal tidak memiliki jumlah informasi yang memadai.

Google mengatakan, jika URL yang dikirimkan "terdapat dalam cakupan kebijakan kami, baik URL tersebut akan dihapus untuk semua kueri atau URL tersebut akan dihapus hanya dari hasil penelusuran yang kuerinya menyertakan nama pengadu atau lainnya yang disediakan, termasuk pengenal atau alias."

Sementara jika permintaan pengguna tidak memenuhi persyaratan penghapusan, Google akan memberikan penjelasan terperinci.

5 dari 5 halaman

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.