Sukses

5 Tanda Penipuan Online yang Patut Kamu Ketahui Agar Tak Menjadi Korban

Ada lima tanda umum penipuan online yang bisa diketahui masyarakat umum agar tidak menjadi korban.

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital dan masih dalam kondisi pandemi Covid-19, pengguna internet harus dapat mengenali berbagai modus penipu online yang semakin marak terjadi.

Tidak peduli siapa korban atau seberapa canggih skemanya, selalu ada cara yang bisa kamu lakukan untuk mengenali penipuan sebelum terlambat.

Hal ini diungkap oleh pakar keamanan Kaspersky, Roman Dedenok. Dia mengatakan, ada lima tanda umum penipuan online yang bisa diketahui masyarakat umum agar tidak menjadi korban.

1. Menawarkan hadiah menarik hingga rasa takut

Scammers sering memanfaatkan perasaan kritikal dalam diri manusia seperti keserakahan atau ketakutan.

Mereka biasanya menjanjikan calon korban hadiah luar biasa— misalnya, tunjangan pemerintah yang besar atau cryptocurrency gratis.

Cara kedua adalah melibatkan intimidasi, seperti ancaman untuk mengirim video korban yang menonton film porno ke seluruh kontak atau merusak reputasi situs web perusahaan mereka.

Dalam kedua kasus tersebut, pelaku kejahatan siber mencoba untuk memangkas kemampuan korban untuk merespons secara rasional.

Jika, setelah membaca email atau chat semacam itu dan merasa ingin melakukan persis seperti yang diminta pengirim (mengikuti tautan, mengirim uang, menelepon nomor, dll.), itu adalah tanda peringatan.

Kaspersky menyarankan untuk membaca kembali pesan tersebut dengan seksama. Kemungkinan besar, Anda memang melihat sebuah pesan penipuan online, maka jangan hiraukan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Waktu yang sangat sempit

Buat yang suka belanja di online shop, hati-hati dengan modus penipuan baru yang meminta cashback. (Ilustrasi: Pexels.com)

Jika situasi yang melibatkan emosi dapat menyebabkan orang kehilangan daya berpikir kritis, maka rasa “terburu-buru” juga demikian.

Scammers mengeksploitasi perasaan tersebut juga, misalnya dengan menetapkan tenggat waktu yang ketat.

Jika sebuah pesan mengatakan Anda hanya memiliki beberapa hari, jam, atau menit untuk mengklaim hadiah atau pembelian barang sebelum terjual habis, sekali lagi, itu mungkin penipuan.

3. Desain yang amatir

Kesalahan yang jelas dalam sebuah pesan adalah tanda bahaya lainnya. Beberapa mungkin menunjukkan salah eja disengaja atau penggantian huruf dengan nomor tampak serupa.

Apa pun alasan kesalahan ketik, janji "0ne мilIion d0llars" adalah tanda bahaya yang pasti.

 

3 dari 3 halaman

4. Mencari Database

Buat yang suka belanja di online shop, hati-hati dengan modus penipuan baru yang meminta cashback. (Ilustrasi: Pexels.com)

Ketika calon korban mengunjungi situs web penipuan dari email atau chat, penipu biasanya mencoba menarik mereka melalui serangkaian tugas sederhana.

Misalnya mengisi survei singkat atau memilih sejumlah kotak yang diduga berisi hadiah, misalnya. Hal ini dilakukan agar penipu mendapatkan detail informasi pribadi korbannya

Terlepas dari detail skenario yang ada, tujuan keseluruhannya sederhana dan jelas: Membuat orang tersebut menginvestasikan sedikit waktu dan membuat mereka tetap di halaman.

Sehingga semakin lama waktu yang diberikan, semakin kecil kemungkinan mereka untuk menutup halaman saat pembayaran diminta, dan itu pasti akan terjadi.

Saat situs web yang menjanjikan tunjangan besar meminta terlalu banyak data konfidensial yang tidak diperlukan, Kaspersky menyarankan Anda untuk segera menutup laman tersebut.

5. Meminta sedikit biaya di awal

Trik favorit lainnya setelah menggaet korban adalah meminta sedikit biaya atau istilah umumnya down payment (DP).

Para penipu online biasanya akan meminta korban untuk melakukan transfer demi keperluan verifikasi kartu, atau pembayaran pendaftaran di beberapa database.

Tanpa itu, penipu bersikeras, korban tidak dapat menerima hadiah yang dijanjikan. Selain mencuri uang, pelaku juga berpotensi mendapatkan informasi pribadi korban apabila korban membagikan detail kartu kredit dengan penipu.

Para pelaku kejahatan siber terus-menerus menemukan cara baru untuk memonetisasi kepercayaan dan kelemahan para pengguna.

Dengan kelima hal di atas, kamu dapat menghindari sebagian besar skema penipuan.

(Ysl/Tin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini