Sukses

Akankah Adopsi e-SIM Kian Masif di Masa Depan?

Beberapa pihak, seperti Apple dan Samsung, berupaya mendorong penetrasi e-SIM lebih luas di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Semua orang tahu bahwa kartu SIM (SIM card) berperan penting atas penggunaan telepon seluler atau ponsel. Sejalan dengan perkembangan teknologi, muncul bentuk baru kartu SIM, yakni e-SIM atau SIM Virtual.

Tak sedikit yang menilai kehadiran e-SIM membawa banyak manfaat, antara lain kenyamanan, penghematan biaya, dan keamanan bagi pelanggan hingga perusahaan yang memakai perangkat mobile. Di samping itu, e-SIM telah digunakan di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir. 

Namun, keberadaannya memang belum terlalu masif seperti kartu SIM konvensional karena terminologi e-SIM itu sendiri belum jelas. Operator mobile juga dinilai memberikan banyak ketentuan sehingga adopsi e-SIM sulit diterapkan. 

Dilansir dari Venture Beat, Jumat (30/10/2015), sejumlah pihak seperti Apple dan Samsung tampaknya akan mendorong adopsi e-SIM di dunia. Apple dan Samsung dikabarkan akan bekerja sama dengan Groupe Speciale Mobile Association (GSMA), asosiasi operator mobile seluruh dunia, untuk memperluas adopsi e-SIM. 



Apple terbilang berani memboyong e-SIM buatannya --Apple SIM-- ke pasaran pada tahun lalu saat merilis iPad. Salah satu keunggulan Apple SIM adalah fitur multi-carrier, yang memungkinkan pelanggan untuk memakai jaringan wireless mana pun di dunia. Tak tanggung, Apple menyediakan opsi untuk pembelian iPhone 6S dan 6s dengan SIM gratis dan sudah unlock. Raksasa teknologi ini juga dilaporkan akan merilis iPhone 7 dengan e-SIM pada 2016. 

Tampaknya, ini mengindikasikan bahwa Apple ingin memperluas adopsi kartu multi-carrier SIM. Namun sayangnya, konsep multi-carrier ini dianggap bertentangan oleh operator atau penyedia jaringan.  Padahal, konsep kartu SIM yang tak lagi di-unlock membuka peluang bagi para manufaktur ponsel di pasaran sebab konsumen disebut-sebut tak lagi tertarik dengan sistem kontrak kartu SIM. 

Perlu diketahui, di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, pelanggan terikat kontrak dengan operator seluler, yang mana kartu SIM di-inject langsung ke perangkatnya. Ini membuat pelanggan sulit berganti kartu atau nomor.

Mungkin akan membutuhkan waktu lama untuk melihat adopsi e-SIM secara luas di masa depan. Namun, riset Smart Insights menyebutkan jumlah pengapalan ponsel dengan e-SIM akan mencapai 346 dari 864 juta ponsel pada 2020.

(cas/why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini