Sukses

Jasa Service Sepeda di Tulungagung Naik Saat Pandemi COVID-19

Tren peningkatan (jasa servis) terutama tren bersepeda untuk kebutuhan olahraga.

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan jasa servis sepeda di Tulungagung, Jawa Timur, meningkat selama pandemi COVID-19 dua-tiga bulan terakhir, seiring tren bersepeda untuk kebutuhan olahraga di tengah masyarakat, mengisi kekosongan waktu akibat libur sekolah, kebijakan WFH (work from home) maupun karena alasan menjaga stamina tubuh.

Hal itu sebagaimana diungkapkan salah satu pengusaha bengkel sepeda rumahan, Mardyan Angga Pratama (29) yang sudah dua tahun menggeluti dunia jasa servis sepeda olahraga kelas menengah ke atas, dengan memanfaatkan emperan depan rumah orangtuanya di Desa Tanjungsari, Kecamatan Boyolangu, Jumat, 3 Juli 2020.

"Tren peningkatan (jasa servis) terutama setelah lockdown pertama (ramai penerapan PSBB atau pembatasan sosial berskala besar yang tahap pertama)," tutur Angga, demikian pemuda 29 tahun ini biasa disapa, sambil tangannya terus merakit sepeda balap jenis speed allroad.

Di bengkel rumahnya yang sederhana itu, berjajar belasan sepeda olahraga. Mulai jenis sepeda gunung, Dunhill bike, sepeda balap, BMX hingga sepeda lipat, dilansir dari Antara.

Melihat jenis, bahan baku serta mereknya, sepeda olahraga yang ditangani Angga atau Mardyan Angga Pratama bukanlah sepeda sembarangan. Terdapat berbagai merek impor dengan harga puluhan juta hingga Rp 150 juta lebih.

Suku cadang yang dirakit pun tidak murah, bisa mencapai belasan juta hingga puluhan juta per suku cadang ataupun per paket barang.

"Ini orderan rakitan sedang full (penuh). Dulu sebelum pandemi, permintaan jasa rakit begini sehari berkisar antara dua hingga tiga unit. Kadang juga cuma sehari. Tapi sekarang sehari bisa empat hingga enam-tujuh unit per hari," ujarnya.

Mardyan memang tak mengerjakan sendiri. Dia dibantu sang ayah, Jayadi, yang memang lebih dulu menekuni dunia perbengkelan sepeda kayuh.

Namun, banyaknya permintaan jasa servis sepeda hingga rakit sepeda memaksa Angga untuk bekerja lembur hingga malam hari. Terutama untuk pengerjaan servis ataupun rakit sepeda kelas premier, sulung dari tiga bersaudara ini harus menanganinya sendiri.

"Selain butuh penanganan ekstra karena menyangkut onderdil yang super mahal, proses pengerjaannya butuh ketelatenan dan keahlian khusus. Bapak juga bisa, namun untuk pengerjaan tertentu, konsumen meminta penanganan khusus (dari saya)," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Omzet Per Pekan

Hasil dari jasa servis sepeda dirasakan Angga dan ayahnya, Jayadi, lumayan besar. Misal untuk rakit atau servis total sepeda gunung biasa, Angga mematok harga Rp100 ribuan per unit.

Sedangkan untuk servis total atau rakit sepeda premium dengan harga puluhan juta hingga ratusan juta, biaya jasa yang dipatok Angga biasanya lebih tinggi. Antara Rp150 ribu hingga Rp300 ribuan per unit.

"Kadang saya malah tak mematok harga ke pelanggan. Sukarela saja untuk pelanggan yang sudah biasa menggunakan jasa saya," katanya.

Angga dan Jayadi tidak menyebut omzet penghasilan bersih per pekan atau per bulan. Namun, jika di rata-rata per hari empat unit saja, dikalikan 26 hari dan jasa paling rendah Rp100 ribu, Angga diperkirakan bisa meraup penghasilan antara Rp10 juta hingga Rp25 juta per bulan.

Omzet pendapatan itu jauh di atas hasil penjualan jasa layanan servis dan rakitan sebelum pandemi yang berkisar Rp5 juta hingga Rp7 juta per bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.