Sukses

Resensi Film Cobweb: Bocah Korban Bullying Ngobrol Dengan Biang Petaka, Diakhiri dengan Pesta Berdarah

Cobweb adalah jawaban untuk Anda yang suka horor dengan alur gercep dan durasi ringkas. Pembabakannya sederhana dengan premis cenderung klasik.

Liputan6.com, Jakarta Cobweb adalah jawaban untuk Anda yang sedang butuh hiburan, suka horor dengan alur gercep dan durasi ringkas. Pembabakannya sederhana dengan premis cenderung klasik kalau tak mau dibilang klise.

Bayangkan, dengan durasi tak sampai 90 menit, film Cobweb punya semua yang dibutuhkan pencinta horor dari tokoh yang tak terlalu banyak, jumpscare, dan ketepatan dalam menampilkan penampakan.

Babak akhir film ini pun memuaskan penonton dan punya detik-detik akhir yang membuat audiens lega sekaligus bertanya-tanya, khas genre memedi pada umumnya. Jadi, Anda tak perlu mumet karena Cobweb memang sesimpel itu.

Para bintang dalam film ini namanya memang kurang dikenal publik Indonesia. Meski demikian, mereka punya energi untuk menghidupkan kisah horor di kompeks perumahan ini. Berikut resensi film Cobweb.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Peter dan Suara Misteri

Peter (Woody Norman) kerap mendengar suara yang memanggil namanya dari balik dinding kamar. Mulanya, ia takut dan mengadu kepada orangtua, Carol (Lizzy Caplan) dan Mark (Antony Starr). Berkali Carol meyakinkan bahwa itu hanya ilusi dan mimpi buruk.

Suatu malam, suara itu mengajak Peter mengobrol seraya memperkenalkan diri sebagai saudara kandungnya, Sarah (Aleksandra Dragova). Kehadiran Sarah membuat Peter merasa punya teman karena di sekolah kerap dirundung. Peter curhat habis dirundung Brian (Luke Busey).

Sarah menyarankannya sesekali balas dendam kepada tukang bully tak ada salahnya. Benar saja. Pulang sekolah, Peter menghajar Brian hingga tersungkur di tangga dan patah tulang. Akibatnya, Peter di keluarkan dari sekolah. Carol dan Mark syok berat lalu menghukumnya.

Miss Divine (Cleopatra Coleman) guru pengganti di sekolah curiga karena suatu hari, Peter menggambar sketsa kamar dengan dinding hitam bertuliskan, “Help me.” Ia meyakini ada yang tak beres apalagi setelah Peter dikeluarkan dari sekolah.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 7 halaman

Elemen Horor Generik

Cobweb memuat sejumlah elemen horor generik pada umumnya. Pertama, tentu saja suara-suara misterius yang menghantui karakter utama. Suara ini menabur sejumlah klu layaknya kepingan puzzle yang mengondisikan penonton menyusun perlahan.

Kedua, karakter yang dikemas sebagai tersangka. Perkara dia benaran tersangka atau pengecoh itu urusan nanti. Dalam Cobweb, telunjuk penonton akan mengarah ke ayah ibu Peter. Carol terasa ganjil dan tidak ramah. Di sisi lain, emosi Mark berkali meledak.

 

4 dari 7 halaman

Rahasia Keluarga di Dunia Horor

Ketiga, tempat yang dicurigai sebagai sarang teror. Hollywood belakangan kerap menjadikan rubanah sebagai bagian teror dari era The Conjuring hingga Blood tempo hari dan kini Cobweb memfotokopi rumus serupa. Tentu Cobweb tak 100 persen mirip pendahulunya.

Keempat, rahasia keluarga. Biasanya ini terbongkar mendekati menit akhir. Semua asumsi penonton akan terkonfirmasi pada segmen ini. Sejatinya, Cobweb tipe horor rumahan dengan populasi tokoh tak banyak. Adegan berkutat pada rumah dan sekolah.

 

5 dari 7 halaman

Pesta Darah di Babak Akhir

Yang membuatnya terasa spesial, cara sutradara Samuel Bodin menjaga hawa seram sambil terus menyiram “bensin.” Makin ke belakang, sensasi terbakar-nya makin panas. Titik panas menyengat setelah insiden Brian di tangga. Setelahnya, teror benar-benar tanpa ampun.

“Pesta” darah terjadi persis di babak akhir mengandalkan rumah yang sejak menit awal tak beres dengan latar puncak perayaan Helloween. Rumusnya pun klasik, TKP + makhluk gaib + karakter utama + bintang tamu yang tak diundang. Klasik sekali, bukan?

 

6 dari 7 halaman

Tak Pernah Utuh

Samuel Bodin bermodal naskah Chris Thomas Devlin dengan ciamik membuat kronologi petaka, dari kata pengantar (jatuh korban), mendatangkan biang teror (musik senyap dan kamera tak beranjak beberapa detik), hingga penampakan yang sengaja jarang utuh.

Kondisi ini membuat penonton disiksa penasaran karena selalu bertanya, “Sebenarnya makhluk ini apa, kok bisa begitu?” Tanya ini mengambang hingga menit akhir. Jawabnya pun abu-abu karena hanya mengandalkan penjelasan lisan. Inilah titik lemah Cobweb.

 

7 dari 7 halaman

Titik Lemah Yang Dimaklumi

Titik lemah ini tampaknya akan dimaklumi penonton awam, karena tuturan Cobweb terbilang intens, nyaris tanpa jeda, minus selera humor, dan straight to the point ke pokok persoalan. Dari babak pembuka, puncak konflik dan penyelesaian, babak akhir Cobweb sangat berkesan.

Hingga keluar dari bioskop, saya masih kepikiran adegan malam Halloween di mana Brian and the geng dengan percaya diri menyatroni rumah Peter. Heeem… benar-benar mak nyus! Tak percaya? segeralah ke bioskop karena tampaknya jumlah show Cobweb tak banyak.

 

 

 

Pemain: Lizzy Caplan, Antony Starr, Cleopatra Coleman, Woody Norman, Luke Busey, Aleksandra Dragova

Produser: Andrew Childs, Evan Goldberg, Roy Lee, Seth Rogen, James Weaver

Sutradara: Samuel Bodin

Penulis: Chris Thomas Devlin

Produksi:  Point Grey Pictures, Vertigo Entertainment, Lionsgate

Durasi: 1 jam, 28 menit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.