Bermusik Sejak Belia, Seby Memulai Debutnya di Usia 17 dengan Lagu Berubah

Lagu “Berubah” beraliran contemporary R&B ini terinspirasi dari karya-karya Ciara, Summer Walker, dan JoJo. Permainan gitarnya dipengaruhi oleh gitaris Neo-Soul seperti H.E.R, John Mayer, dan Isaiah Sharkey.

Secara naratif, lagu tersebut menceritakan perubahan sikap dalam “toxic relationship” karena hanya satu sisi yang memperjuangkan hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari liriknya yang berarti hubungan tersebut hanya akan terus membuat lelah bila tidak dilepas.

"Lebih sakitnya, aku tidak pernah diberitahu alasan dari perubahan sikapnya, jadi aku terus bertanya-tanya bagaimana aku bisa menyelesaikan masalahnya, padahal aku sendiri juga ga tau masalahnya apa," terang Seby masih mengenang kisahnya.

"Sehingga, hubungan tersebut menjadi toxic relationship di mana aku sering dimanfaatkan, karena dia tahu aku rela melakukan apapun untuk mengembalikan hubungan kita yang dulu. Akhirnya, dalam situasi itu aku sadar bahwa ga semua hubungan itu harus diperjuangkan," lanjutnya.

Meskipun masih berharap, Seby sudah lelah memperjuangkan kasih sayang kalau sudah melukai satu sisi, lebih baik melepas hubungan.

Tertulislah bagian lirik favoritnya, “bagai bunga dan benalu” yang menurutnya sangat merepresentasikan keseluruhan lagu yang bercerita tentang toxic relationship.

"Kejadian tersebut aku tulis menjadi puisi untuk kelas Bahasa Indonesia, dan kemudian dibanggakan oleh guruku di depan satu angkatan," kata Seby.

"Tanpa sadar, puisi itu aku abaikan selama dua tahun sebelum aku buat melodi dan chordnya, kemudian aku rekam secara profesional pada umur 16 tahun dengan Asta RAN dan Handy Soulvibe sebagai produser, juga Kamga sebagai vocal director dan backing vocals," ia menjelaskan.

Inspirasi terbesar Seby adalah penyanyi-gitaris Neo-Soul seperti H.E.R dan John Mayer. Ia juga mengagumi vokalis contemporary R&B seperti Ciara, Jojo, dan Summer Walker.

Maka dari itu, “Berubah” memiliki alunan chord Neo-Soul dengan teknik bernyanyi R&B. Setelah rekaman, ia pergi ke Yogyakarta selama tiga hari untuk syuting di gurun, gunung, dan pantai.

"Secara metafor, lingkungan yang berubah-ubah menunjukkan rasa yang aku alami ketika mencari kenyamanan dari orang-orang yang salah. Musik video tersebut berakhir dengan scene dimana aku berjalan di tengah gurun pasir, seolah-olah melepas masa lalu di tengah kesepian," pungkas Seby.